Frensia.id – Irakli Kobakhidze, Perdana Menteri Georgia menyampaikan kritik tajam terhadap hubungan negaranya dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Pernyataan Irakli Kobakhidze ini seperti disampaikan dalam konfersi pers di Tbilis pada Jum’at 27 Desember 2024.
Ia menyebut hubungan tersebut saat ini berada di tingkat yang tidak diinginkan dan menyerukan pengaturan ulang untuk memperbaiki situasi.
“Kami telah mengajukan status kandidat Uni Eropa dengan dokumen setebal 5.000 halaman yang disiapkan dengan penuh dedikasi. Namun, permohonan tersebut ditolak tanpa alasan yang jelas,” ujar Kobakhidze.
Ia menyoroti peran sejumlah LSM dan aktor internasional yang menurutnya turut menggagalkan upaya Georgia. Kobakhidze menuduh beberapa pihak, termasuk Soros Foundation, sengaja melobi agar Uni Eropa menolak status kandidat bagi Georgia.
“Ketua program integrasi Uni Eropa di Soros Foundation secara resmi meminta Uni Eropa untuk menolak status kandidat kami. Jika ini bukan standar ganda dan ketidakjujuran, apa lagi?” tegasnya pada 27/12/2024.
PM Georgia juga menyinggung sabotase terhadap rencana 12 poin yang dirancang pemerintah untuk memenuhi syarat integrasi Uni Eropa.
Menurutnya, LSM dan partai politik domestik menolak berpartisipasi dalam kelompok kerja dan secara terbuka berkampanye melawan status kandidat.
“Kami telah melaksanakan setiap persyaratan dengan penuh tekad, namun mereka menciptakan hambatan buatan dan menyebarkan narasi bahwa kami tidak layak menerima status tersebut,” tambahnya.
Meskipun mengkritik keras situasi saat ini, Kobakhidze tetap optimis terhadap masa depan hubungan internasional Georgia.
Ia menyinggung pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang, yang menurutnya dapat membawa perubahan signifikan.
“Presiden Trump telah menyatakan niatnya untuk melawan ‘negara tersembunyi’ dan membersihkan pengaruh informal serta oligarki di AS. Langkah ini, jika terealisasi, akan membawa hubungan AS-Georgia ke arah yang sangat positif dan berdampak langsung pada hubungan Georgia-Uni Eropa,” ujar Kobakhidze.
Ia juga menyebutkan bahwa kemungkinan berakhirnya perang di Ukraina di bawah kepemimpinan Trump akan menciptakan stabilitas regional yang berdampak baik bagi Georgia.
Pidato Kobakhidze mencerminkan ketegangan hubungan Georgia dengan mitra internasionalnya sekaligus harapan pemerintahannya untuk perbaikan hubungan di masa mendatang.