Frensia.id –Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi menjelaskan mengapa peristiwa Isra’ Mi’raj dilaksanakan pada malam hari, bukan pada siang hari. Menurutnya, hikmah dari peristiwa ini adalah tidak ada manusia yang bisa menyaksikan kepergian Nabi dari Mekkah dan kembali dari sidratul muntaha . Hal ini selain bukan hanya menunjukkan mukjizat istimewa Nabi, tapi juga ujian keimanan kaum Quraisy saat itu.
Jika terjadi pada siang hari maka sama saja dengan apa yang dilihat oleh indera dengan mata telanjang, maka tidak mengherankan jika meyakini sesuatu yang kabur dan beriman kepada kekuasaan Allah SWT. Oleh karena itu, perjalanan yang dilakukan pada malam hari itu tak lain hanyalah sebuah ujian keimanan kaum Quraisy saat itu.
Dari sinilah kisah sahabat Abu Bakar diberi gelar Siddiq (orang yang paling bertakwa). Sebab, ketika mendapat kabar bahwa Rasulullah telah berangkat dari Mekkah ke Baitu Maqdis dalam waktu singkat, beliau langsung menjawab: “Jika semua itu benar ucapannya, maka aku percaya dan iman kepadanya, bahkan sesuatu yang lebih jauh dari itu (kabar-kabar langit, mikraj) saya juga akan percaya dan iman.”
Lebih lanjut, para ulama tafsir kontemporer juga telah menjelaskan tujuan Isra Mikrai. Menurutnya, tujuan Isra Mikrai adalah untuk menunjukkan tanda-tanda kebesaran Tuhan kepada hamba-hamba pilihan-Nya, sebagaimana dijelaskan pada ayat di atas (QS. Al-Isra’ [17]: 1) dimana peristiwa seperti ini belum pernah dilihat oleh makhluk lain atau bahkan malaikat.
Diantaranya adalah penghormatan langit kepada Rasulullah, yang juga melihat kedudukannya yang agung dan agung di hadapan Allah SWT. Peristiwa ini juga menjadi hiburan bagi Rasulullah setelah beliau disakiti, dihina, diejek dan dibenci oleh orang-orang kafir di Mekkah.