Jember Punya Banyak Rekam Konflik Agama, Hati-Hati Politik Identitas

Sunday, 28 January 2024 - 11:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Editor; Mashur Imam

Editor; Mashur Imam

Frensia.Id- Berbeda pilihan tentu boleh, yang dilarang adalah konfliknya. Dalam iklim politik yang semakin memanas, hati-hati provokasi politik identitas. Utmanya masyarakat Jember, yang memiliki rekam jejak konflik identitas agama. Konflik sudah banyak memakan korban. Jika ditela’ah lebih lanjut, konflik masyarakat di Jember, hampir terjadi pada setiap periode pemerintahan.

Pada laporan penelitian Erfan Efendi menjelaskan bahwa ada banyak konflik agama terjadi di Jember. Misalanya, pada tahun 2008, pernah terjadi konflik antar masyarakat dengan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember, yaitu terjadi Pembakaran sebuah Musholla milik Jama’ah LDII.

Sebagian warga LDII terasa terusik ketika musholla yang didirikan secara gotong royong bersama anggota, dan dijadikan tempat ibadah keagamaan, seperti sholat berjama’ah, pengajian keagamaan tiba-tiba dihancurkan, dirobohkan pada malam kelima bulan romadlon oleh sekelompok warga yang merasa tidak senang dengan keberadaan musholla tersebut. Musholla yang dibakar berada di Wisma Handayani, sekitar 1 kilometer ke arah selatan dari pasar Tanggul. Wisma Handayani adalah satu kompleks perumahan yang dihuni sekitar sembilan kepala keluarga. Dan secara kebetulan musholla yang dirobohkan oleh massa posisinya berada di tengah-tengah perumahan tersebut.

Baca Juga :  Bupati Fawait Sebut Rencana Pembangunan Street Food untuk Dorong Perekonomian Daerah

Tahun selanjutnya, 2012, ada konflik pembakaran yayasan pendidikan pesantren. Tepatnya, tanggal 20 April 2012, ratusan warga beramai-ramai menyerbu pesantren Terbuka “Ma’had Al-Rabbany” di Dusun Krajan, Kelurahan Karang Tengah, Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember.

Penyerbuan itu dilakukan karena pesantren tersebut dinilai mengajarkan aliran sesat yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.  Penyerangan itu dilakukan karena merespon atas tuduhan dan tudingan yang dilakukan oleh pihak pesantren yang menganggap kafir tradisi atau keyakinan umat Islam lain seperti pengkafiran terhadap tahlil dan ziarah kubur yang menjadi tradisi warga muslim di sekitar pesantren.

Peristiwa yang hampir serupa, terjadi lagi pada tanggal 3 Agustus 2018. Seluruh media lokal Jember memberitakan tentang ratusan warga yang menamakan dirinya dengan Topi Bangsa (Tolak Penjajahan Ideologi Bangsa) melakukan demonstrasi untuk menolak keberadaan Sekolah Tinggi Dirosah Islamiyah (STDI) Jember.
Alasan penolakan itu karena STDI adalah sebuah lembaga Islam yang membuat resah kelompok Islam yang lain. Salah satu koordinator Aksi Gus Baiquni menyatakan bahwa STDI harus dibekukan karena tokoh STDI dalam salah satu ceramahnya menuding kalau Kyai itu sama dengan dukun, dan STDI adalah organisasi yang gampang sekali membidahkan dan mengkafirkan kelompok lain.

Baca Juga :  Gus Rivqy Abdul Halim Antarkan Jember ke Level Baru: Jember-Bali resmi Mengudara

Sebenarnya kasus ini adalah kasus lama, yang telah mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah dan MUI. Setidaknya terdapat banyak kasus serius lain yang terus mewarnai konflik keagamaan di Jember. Ada lima kasus konflik keagamaan yang cukup menonjol yakni, konflik aliran Qodriyatul Qosmiya, Pesantren Rabbani, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Sekolah Tinggi Dirosah Islamiyah (STDI) Imam Syafi’i dan Konflik Syiah.

Kasus di atas, dapat terjadi lagi di beberapa waktu ke depan. Faktor utamanya tentu adalah lemahnya kecerdasan politik masyarakat. Masyarakat gampang diprovokasi untuk dipecah-belah. Utamanya, generasi muda milenial dan tokoh agama. Hal demikian ini telah diteliti oleh beberapa pakar seperti Hafidz Hasyim (Peneliti Teras Pintar Jember), Erfan Efendy (Dosen UIN Khas dan Penelitian Komunitas Keris Kencong), dan beberapa kalangan akademisi lainnya.

Pada intinya, temuan penelitian mereka dapat menjelaskan bahwa konflik terjadi karena faktor politik. Beberapa peneliti menyarankan agar pihak berwenang bisa serius melakukan analisis faktor konflik secara lebih mendalam. Hasil dapat dijadikan dasar untuk lebih hati-hati dalam berpolitik.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Gus Fawait Genjot Sektor Pertanian Jember, Anggaran 2025 Pecahkan Rekor 4 Dekade!
Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir
Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni
Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar
Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas
Gus Fawait akan Naikkan Anggaran UHC untuk Perangi AKI-AKB dan Stunting
Pemkab Jember Salurkan Becak Listrik untuk Pengayuh Lansia
Bupati Fawait Optimis Rute Penerbangan Jember-Bali Bisa Jadi Lompatan Besar untuk Daerah

Baca Lainnya

Monday, 22 December 2025 - 18:15 WIB

Gus Fawait Genjot Sektor Pertanian Jember, Anggaran 2025 Pecahkan Rekor 4 Dekade!

Tuesday, 16 December 2025 - 02:32 WIB

Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir

Tuesday, 16 December 2025 - 00:43 WIB

Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni

Sunday, 14 December 2025 - 15:36 WIB

Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar

Friday, 12 December 2025 - 22:39 WIB

Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas

TERBARU

Foto: Istimewa.

Criminalia

Keji! Ibu di Jember Mutilasi Bayi, Lengan Dibuang ke Septic Tank

Monday, 22 Dec 2025 - 18:01 WIB

Foto: Tangkapan layar video.

Regionalia

Ibu di Jember Diduga Aniaya Bayinya Hingga Tewas

Monday, 22 Dec 2025 - 16:16 WIB