Frensia.id – Kepala Dinsos P3AKB atau Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bondowoso, Anisatul Hamidah, menyampaikan pernyataan tegas bahwa perkawinan anak merupakan salah satu akar utama kemiskinan yang bersifat struktural di masyarakat.
Hal ini disampaikan dalam Seminar Parenting yang digelar oleh mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 155 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya di Desa Trotosari, Senin (21/7).
“Perkawinan anak sering dianggap solusi ekonomi, padahal justru menjadi pemicu utama munculnya perceraian, pola asuh bermasalah, hingga kemiskinan berulang,” ujar Anisatul dengan penuh penekanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia juga menyampaikan pentingnya kesadaran kolektif masyarakat tentang peran parenting dalam mencegah pergaulan bebas, pekerja anak, dan pernikahan usia dini. Melalui program Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA), Anisatul mendorong masyarakat memaksimalkan potensi lokal untuk membentuk desa mandiri.
Sementara itu, Abdul Majid menyoroti pentingnya perhatian keluarga terhadap kesiapan anak dalam memasuki pernikahan. “Kita sebagai orang tua wajib memastikan kesiapan anak secara emosional dan mental sebelum menikah. Ini bukan semata urusan umur, tapi soal kesiapan hidup,” ujarnya.
Tidak hanya seminar, kegiatan ini juga menandai peresmian Forum Anak Desa (FAD) Trotosari sebagai ruang partisipasi anak dalam pembangunan. FAD diharapkan menjadi media edukasi dan ekspresi anak-anak desa untuk tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung.
Selain itu, pada 25 Juli 2025, KKN 155 UINSA bersama pemerintah desa dan Dinsos P3AKB melakukan pemasangan dua plang informasi bertuliskan “Pelayanan Pengaduan untuk Perempuan dan Anak” serta “Desa Trotosari Menuju DRPPA”. Plang ini menjadi simbol komitmen bersama untuk menciptakan desa ramah perempuan dan anak.
Koordinator KKN, Mahdafiqihya Ahmad Shidqi, menyampaikan bahwa program ini lahir dari semangat kolaborasi. “Kami percaya bahwa DRPPA bukan hanya agenda kampus atau pemerintah, tapi gerakan bersama untuk menjadikan desa lebih manusiawi dan berdaya,” katanya.
Seminar dan peresmian FAD ini diharapkan menjadi langkah awal dalam menciptakan sistem pencegahan pernikahan anak yang lebih efektif. Dengan dukungan legislatif, eksekutif, dan masyarakat sipil, Desa Trotosari kini bersiap menjadi pelopor desa yang peduli pada masa depan generasi muda.