Frensia.id – Lailatul Qadar, sebagai bagian dari bulan ramadhan kemuliannya sudah diproklamasikan dalam al-Qur’an . Sebagaimana terekam dalam al-Qur’an melalui surah al-Qadr, surat ke 97 dan tergolong makkiyah.
Setidaknya kemulian lailatul qadar ini yang masyhur dikalangan masyarakat adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika dibulatkan menjadi hitungan tahun menjadi 84 tahun kurang 8 bulan atau masyhur disebut 83 tahun 4 bulan. Tentu siapapun ingin menghidupkan dan memperoleh kemulian malam lailatul qadar ini.
Lalu bagaimana dengan perempuan haid atau orang yang sedang melakukan perjalanan mudik dimalam hari khususnya dimalam ganjil? Bisakah mereka memperolehnya dan bagaimana cara mereka menghidupkan dan memperoleh lailatul qadar?
Perempuan haid, nifas dan orang yang mudik bisakah meraih memperoleh lailatul qadar?
Dalam Lathaiful Ma’arif, Ibn Rajab al-Hambali menguraikan bahwa ada seorang bernama Jubair bertanya kepada Imam ad-Dhahak terkait fatwa atau pendapat seorang perempuan yang sedang menstruasi (haid), nifas, atau orang yang sedang dalam perjalanan musafir (saat ini orang yang sedang mudik) dan orang yang tidur. Apakah orang-orang tersebut masih ada harapan mendapatkan bagian dari kemulian malam lailatul qadar?
Imam ad-Dhahak kemudian memberikan jawaban mengenai persoalan tersebut, menurutnya dalam keterangan Lathaiful Ma’arif perempuan yang sedang menstruasi (haid), nifas dan orang-orang yang tengah dalam perjalanan (mudik konteks Indonesia) masih bisa memperoleh bagian lailatul qadar. Setiap orang yang diterima amalnya, maka Allah memberikan bagiannya dari Lailatul qadar.
Kiat perempuan haid, nifas dan orang yang mudik memperoleh lailatul qadar
Kiat atau cara perempuan haid atau orang yang sedang mudik untuk bisa menghidupkan malam lailatul qadar agar memperoleh kemuliaan didalamnya dengan merujuk pendapat Imam Nawawi al-Bantani.
Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani dalam Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadiin, menjelaskan terdapat tiga tingkatan dalam menghidupkan Lailatul qadar yaitu tingkatan tertinggi (Hig), sedang (Middle/Mid) dan rendah (Low).
Pertama tingkatan tertinggi (Hig), cara menghidupkan lailatul qadar dengan melakukan shalat. Kedua tingkatan sedang (Middle/Mid) menghidupkan lailatul qadar dengan dzikir. Ketiga tingkatan rendah (Low) dengan mengisi lailatul qadar dengan melaksanakan shalat isya dan subuh berjamaah.
Melakukan hal tersebut pada malam lailatul qadar baik ketimbang malam lainnya selama 1000 bulan dan orang yang melakukannya akan memperoleh keutamaan walaupun tidak menyaksikan lailatul qadar menurut pendapat mu’tamad.
Dari uraian diatas perempuan yang sedang menstruasi, atau seseorang sedang perjalanan mudik di malam hari khususnya di malam-malam ganjil masih bisa menghidupkan dan berkesempatan memperoleh lailatul qadar dengan cara banyak berdzikir seperti tasbih, tahmid, takbir, hauqalah atau dzikir lainnya.
Mengisi dengan membaca doa malam lailatul qadar sebagaimana riwayat Imam At-Tirmidzi berupa :
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Oleh karena itu, maafkanlah aku (maafkanlah kami).