Frensia.id – Kim Jong Un, Presiden Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap pengembangan arsenal nuklir sebagai respons terhadap apa yang dia sebut sebagai manuver agresif oleh Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya.
Hal ini sebagaimana disampaikan Kim Jong Un dalam pidato peringatan ke-76 tahun berdirinya DPRK di Pyongyang pada tanggal 10 September 2024.
Dalam pidatonya, Kim Jong Un yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Pekerja Korea dan Ketua Urusan Negara DPRK, berbicara tentang peningkatan ketegangan militer yang dipicu oleh kegiatan militer yang diperkuat oleh AS di kawasan Asia Timur.
“Dengan evolusi blok militer yang dipimpin oleh AS menjadi kekuatan yang berbasis nuklir, lingkungan keamanan militer kami terasa semakin terancam,” ujar Kim.
Dalam pidatonya, Kim Jong Un menyatakan bahwa DPRK tidak akan berkompromi atas keamanannya dan akan terus mengembangkan kekuatan nuklir sebagai benteng pertahanan.
“Kita adalah negara bersenjata nuklir yang bertanggung jawab. Senjata nuklir yang kita miliki adalah semata-mata untuk pertahanan diri terhadap ancaman serius,” tegasnya pada tanggal 10/09/2024.
Lebih lanjut, Kim menekankan bahwa peningkatan kapasitas militer, termasuk nuklir, adalah hal yang vital bagi kelangsungan hidup dan kedaulatan negara.
“Kemampuan angkatan bersenjata kita harus terus meningkat untuk dapat mengambil inisiatif dalam menghadapi lingkungan keamanan regional yang menantang,” ungkap Presiden DPRK.
Pidato tersebut juga mencerminkan sikap defensif DPRK terhadap apa yang dipercayai sebagai niat permusuhan dari Amerika Serikat.
Kim mengkritik AS yang menurutnya mengancam kekuatan bersenjata nuklir DPRK dengan niat untuk menyerang.
Kesimpulan dari pidato ini adalah penegasan kembali bahwa DPRK akan terus memperkuat kemampuan militernya tanpa batas.
“Kekuatan militer Republik kita akan berkembang dengan cepat dan berkelanjutan. Kita tidak akan menetapkan batas untuk mencapainya,” pungkas Kim Jong Un.
Pidato ini memperjelas posisi DPRK dalam konteks geopolitik saat ini dan menegaskan kembali bahwa peningkatan kapasitas militer, terutama nuklir, dianggap oleh Pyongyang sebagai keharusan strategis dalam menghadapi apa yang mereka anggap sebagai provokasi oleh kekuatan asing.