Frensia.id – Kisah Ulama yang mengandung hikmah kali ini akan menceritakan seorang sufi yang sangat terkenal di zamannya, yakni Bisyr al-Hafi.
Penyematan al-Hafi karena beliau mempraktekkan simbolik yang unik, yakni tidak pernah beralaskan kaki alias nyeker dalam bahasa Jawa.
Awal mula ia mendawamkan tidak lagi beralaskan ada beberapa cerita yang berkembang di kalangan para Ulama sufi.
Salah satunya, ia tak lagi memakai alas kaki disebabkan karena titik balik pertaubatannya dengan tidak beralas kaki, ketika mengejar gurunya.
Cerita lainnya adalah ia tak lagi memakai alas kaki karena pernah kehilangan alas kaki ketika menjadi Imam di suatu masjid.
Alkisah, pada suatu hari Bisyr al-Hafi membeli sandal baru di sebuah pasar di Baghdad sebelum berangkat shalat.
Setelah selesai shalat Ulama yang juga menjadi guru imam besar madzhab Ahmad ibn Hanbal ini mendapati sandal baru yang telah ia beli tidak ada di tempat semula.
Kemudian, ia mencari ke seluruh pencuru masjid dengan dibantu para jama’ah yang masih belum pulang sandal baru itu bekum juga ditemukan.
Setelah sekian jam mencari, akhirnya semuanya menyerah. Tapi secara mengejutkan Imam Bisyr terlihat menangis tersedu-sedu.
Lantas kejadian tersebut membuat semua orang yang ada menjadi heran.
“Masak cuma kehilangan sandal baru saja sampai menangis tersedu begitu?” para jamaah bertanya-tanya.
Akan tetapi, setelah ada yang memberanikan diri bertanya langsung kepada sang Imam jawabannya membuat seluruh jamaah terkejut
“Wahai Sang Imam! Apa yang membuatmu menangis tersedu-sedu begitu?”
“Apa hanya karena sebuah sandal yang baru hilang itu? lanjut si jamaah
Imam Bisyr mengeluarkan jawaban diluar dugaan semua orang,
“Kalau sandal hilang bisa dibeli, tapi taukah kalian bahwa aku merasa sangat bersedih, karena sandal yang aku beli itu, ada seorang Umat Rasulullah berdosa”
“Aku sangat malu di hadapan Allah SWT, karena menjadi perantara hamba-Nya melakukan dosa”, lanjut Imam Bisyr al-Hafi dengan dipenuhi isak tangis.
Sontak membuat semua jamaah terhenyak dan merasa sangat bersalah, karena berprasangka kurang baik pada sang Imam.
Lebih mengejutkan lagi, kemudian beliau berikrar tidak akan lagi memakai alas kaki lagi.
Demikian kisah ulama sufi yang tidak lagi memakai alas kaki, karena menjadi sebab berdosanya orang lain.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini, sehingga membuat kita lebih berhati-hati dalam melakukan suatu tindakan dan perbuatan.
Dengan harapan, kita tidak menjadi sebab berdosanya lain. Semoga bermanfaat. Aamiin…
Wallahu A’lam Bishshawab…