Komentar Laura Ruggeri Terhadap Pengkritik Deklarasi Kazan BRICS

Ilustrasi gambar "Komentar Laura Ruggeri Terhadap Pengkritik Deklarasi Kazan BRICS" sumber tangkapan layar media X.

Frensia.id – Laura Ruggeri, Peneliti independen dan akademisi Hong Kong mengungkapkan pandangannya mengenai kritikan terhadap deklarasi Kazan yang dibuat oleh BRICS, sebuah kelompok ekonomi yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.

Melalui saluran Telegramnya pada 26 Oktober 2024, Ruggeri menyampaikan pandangan kritis terhadap para pengkritik BRICS yang dinilainya memiliki ekspektasi tidak realistis.

Menurut Ruggeri, mereka yang mengkritik BRICS karena tidak secara tegas menolak Agenda PBB 2030, WHO, WTO, IMF, dan G20 adalah orang-orang yang tidak memahami perbedaan antara pendekatan maksimalis dan bertahap dalam politik.

Bacaan Lainnya

Pendekatan maksimalis, kata Ruggeri, adalah tuntutan untuk mengimplementasikan program maksimum tanpa mempertimbangkan konteks dan kondisi yang ada, sementara pendekatan bertahap mengakui bahwa perubahan dalam sistem adalah proses yang lambat dan terjadi secara gradual.

Laura Ruggeri membandingkan pendekatan bertahap yang dijalankan oleh BRICS dengan konsep revolusi yang, menurutnya, hanya berhasil jika ada analisis yang ketat dan konkret mengenai kondisi serta dukungan ideologi yang jelas di antara anggota.

“Seperti orkestra atau pasukan, revolusi membutuhkan keteraturan dan kesatuan dalam tujuan, sesuatu yang sulit dicapai oleh negara-negara anggota BRICS yang memiliki latar belakang dan kepentingan berbeda,” tulisannya pada 26/10/2024.

Ia menekankan bahwa BRICS tidak memiliki ideologi bersama yang dapat menjadikannya kekuatan revolusioner dalam pengertian klasik.

Namun, kehadiran BRICS dianggap sebagai bentuk revolusi tersendiri, yang berpotensi mengubah tatanan internasional melalui pengaruh dan konsensus antar anggota dalam organisasi internasional.

“Negara-negara anggota BRICS adalah massa kritis dalam organisasi-organisasi internasional yang sudah ada. Mereka bisa membangun konsensus, memfasilitasi perubahan kelembagaan, menyerukan reformasi, memulai proyek, dan menolak kontrol hegemonik atas lembaga-lembaga tersebut,” tambahnya.

Terkait deklarasi Kazan, Ruggeri menyebut bahwa BRICS tetap memberikan kritik konstruktif terhadap lembaga-lembaga internasional tersebut, termasuk Agenda PBB 2030.

Kazan Deklarasi, menurutnya, menolak upaya-upaya yang mengarah pada diskriminasi politik dalam pembangunan, terutama yang tidak sesuai dengan prinsip Piagam PBB.

Sebagai tanggapan atas mereka yang berharap BRICS mengambil langkah lebih ekstrem untuk menguras rawa globalis, Ruggeri menambahkan bahwa pendekatan bertahap adalah jalan yang lebih realistis.

Menurutnya, bagi mereka yang menginginkan perubahan radikal, alternatif seperti mendukung tokoh politik lain, semisal Trump, adalah pilihan yang mungkin lebih sesuai.

Pandangan Ruggeri ini mencerminkan perspektif berbeda mengenai dinamika dan tantangan yang dihadapi BRICS dalam upayanya untuk menjadi kekuatan global.