Frensia.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberikan pernyataan tegas terkait kemunculan DeepSeek, kecerdasan buatan (AI) besutan China, yang dinilainya sebagai ancaman serius bagi industri teknologi dan pasar modal AS. Dalam pernyataannya yang dikutip oleh Reuters pada Selasa (28/01), Trump menyerukan agar industri teknologi AS segera mengambil langkah konkret untuk mempertahankan kepemimpinannya di tengah persaingan global yang semakin ketat.
“Peluncuran DeepSeek, AI dari perusahaan China, harus menjadi peringatan bagi industri kita. Ini adalah tanda bahwa kita tidak boleh lengah. Sekarang saatnya kita fokus dan berinovasi lebih keras untuk memenangkan kompetisi ini,” ujar Trump. Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa kemajuan pesat China dalam bidang AI dapat menggeser dominasi AS, yang selama beberapa dekade menjadi pemimpin global di sektor teknologi.
Dampak DeepSeek terhadap Pasar Modal AS
Kehadiran DeepSeek tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri teknologi, tetapi juga mengguncang pasar modal AS. Salah satu dampak langsung yang terlihat adalah penurunan signifikan harga saham perusahaan-perusahaan teknologi besar. Misalnya, saham Nvidia, salah satu raksasa teknologi AS yang bergerak di bidang chip dan AI, anjlok hingga 16% dalam waktu singkat setelah pengumuman peluncuran DeepSeek. Penurunan ini mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kemampuan AS dalam mempertahankan posisinya di tengah persaingan dengan China.
Selain Nvidia, indeks saham Nasdaq, yang didominasi oleh perusahaan-perusahaan teknologi, juga mengalami penurunan sebesar 1,6%. Gejolak ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar modal terhadap perkembangan teknologi, terutama ketika ada pesaing baru yang dianggap mampu mengganggu status quo. Analis pasar memprediksi bahwa ketidakstabilan ini mungkin akan berlanjut jika AS tidak segera mengambil langkah strategis untuk merespons kemajuan China di bidang AI.
China vs AS: Persaingan Global di Bidang AI
Persaingan antara AS dan China di bidang teknologi, khususnya AI, telah menjadi sorotan utama dalam beberapa tahun terakhir. China, melalui perusahaan-perusahaan teknologinya seperti Baidu, Tencent, dan Alibaba, telah melakukan investasi besar-besaran dalam pengembangan AI. DeepSeek adalah salah satu contoh nyata dari hasil investasi tersebut. AI ini diklaim memiliki kemampuan yang setara, bahkan melebihi, produk-produk serupa dari AS, seperti OpenAI dan Google DeepMind.
Menurut laporan dari Stanford University’s AI Index 2023, China telah melampaui AS dalam jumlah penelitian dan publikasi terkait AI. Selain itu, pemerintah China juga memberikan dukungan penuh melalui kebijakan dan pendanaan untuk mempercepat pengembangan teknologi ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa AS mungkin kehilangan posisinya sebagai pemimpin global di bidang AI jika tidak segera mengambil tindakan.
Respons Trump dan Implikasinya bagi Industri AS
Komentar Trump ini bukanlah yang pertama kali ia menyoroti persaingan teknologi antara AS dan China. Sejak menjabat sebagai presiden, Trump telah berulang kali menekankan pentingnya mempertahankan keunggulan teknologi AS, termasuk melalui kebijakan seperti larangan terhadap Huawei dan pembatasan ekspor teknologi ke China. Namun, kemunculan DeepSeek menunjukkan bahwa China terus berinovasi dan tidak mudah dihentikan.
Trump menyerukan agar industri teknologi AS, termasuk perusahaan-perusahaan seperti Google, Microsoft, dan Amazon, meningkatkan investasi dalam penelitian dan pengembangan AI. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan keunggulan masa lalu. Kita harus terus berinovasi dan memastikan bahwa AS tetap menjadi yang terdepan,” tegasnya.
Masa Depan Persaingan Teknologi AS-China
Kehadiran DeepSeek dan respons Trump terhadapnya mencerminkan dinamika persaingan teknologi global yang semakin intens. AS dan China kini berada dalam perlombaan untuk menguasai teknologi masa depan, dengan AI sebagai salah satu bidang paling strategis. Bagi AS, tantangan terbesar adalah mempertahankan kepemimpinannya di tengah kemajuan pesat China, sementara China berusaha membuktikan bahwa mereka mampu menyaingi, bahkan melampaui, kemampuan teknologi AS.
Analis memprediksi bahwa persaingan ini akan terus memanas dalam beberapa tahun ke depan. Selain AI, bidang-bidang seperti komputasi kuantum, 5G, dan bioteknologi juga menjadi ajang persaingan antara kedua negara. Bagi AS, langkah-langkah seperti peningkatan investasi dalam penelitian, kolaborasi antara pemerintah dan swasta, serta kebijakan yang mendukung inovasi akan menjadi kunci untuk mempertahankan posisinya. (*)