“Larasati” Karya Pramoedya Ananta Toer, Gambaran Revolusi Indonesia

Thursday, 1 August 2024 - 18:48 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar “Larasati” Karya Pramoedya Ananta Toer, Gambaran Revolusi Indonesia (Sumber: Ilustrasi/Mashur Imam)

Gambar “Larasati” Karya Pramoedya Ananta Toer, Gambaran Revolusi Indonesia (Sumber: Ilustrasi/Mashur Imam)

Frensia.Id- “Larasati”, novel karya Prmoedya Ananta Toer bukan hanya berkisah tentang kehidupan tentang perempuan panggung. Namun juga banyak menceritakan tentang terjadinya revolusi di Indonesia.

Pramoedya berhasil membentuk tokoh fiksi perempuan panggung biasa yang nyatanya ikut serta dalam memperjuangkan revolusi Indonesia. Penggal-penggal narasi hebat kisahnya, telah membawa para pembaca memasuki dunia para pejuang tanah air yang umum ada di masyarakat sipil.

Larasati yang akrab dipanggil “Ara” tampak benar-benar hidup menjadi perwakilan semangat sipil dalam ikut menjadi pejuang revolusi. Sebagai putri panggung yang awalnya apatis terhadap republik, ternyata pada akhirnya, Ara menjadi yang terdepan untuk melawan tirani.

Walaupun bujukan dan rayuan kolonial sangat besar, namun kebutuhan terhadap revolusi membuatnya, mau tidak mau, ikut melawan. Dari kisah-kisah ini, konsepsi revolusi Indonesia terlihat jelas.

Tidak mengheran, jika sejumlah peneliti juga sangat tertarik mengkajinya. Terutama para akademisi fokus belajar sastra Indonesia.

Dina Widyanti misalnya, ia adalah akademisi program pendidikan bahasa dan sastra Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Ia begitu tertarik mengkaji gambaran revolusi dari novel “Larasati” ini.

Baginya, novel tersebut telah menggambarkan penggal demi penggal deskripsi kondisi masa revolusi Indonesia pasca proklamasi. Ada tiga hanya ditemukan dalam novel tersebut.

Baca Juga :  Bedah Buku Dibanjiri Ratusan Ummat Antar Agama, UIN KHAS Siapkan Rekomendasi Penguatan Moderasi Eco-Theology

Syarat Revolusi

Ada kisah dan narasi yang dibangun untuk melihat kebutuhan-kebutuhan agenda revolusi Indonesia. Beberapa faktor yang dapat menjadi syarat terjadinya revolusi disebutkan secara lugas dalam temuan risetnya.

Ada tiga faktor yang paling kuat dan dapat menjadi syarat revolusi. Ada faktor rasa tidak puas pada Penjajah. Novel ini memperlihatkan realitas sosial masyarakat yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap kekuasaan penjajah.

Ada juga tentang fenomena terjadinya penindasan dan ketidakadilan pada rakyat. Hal ini memicu keinginan kuat untuk perubahan.

Hal demikian juga perlu didukung dengan keinginan untuk Merdeka sepenuhnya. Keinginan untuk merdeka tidak hanya secara politis tetapi juga dalam segala aspek kehidupan menjadi dorongan utama bagi rakyat.

Faktor terakhir, adalah peran aktif rakyat. Masyarakat dalam novel ini digambarkan berperan aktif dalam mengisi momentum revolusi. Mereka tidak hanya menjadi penonton tetapi turut serta dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.

Bentuk Revolusi

Ada dua bentuk revolusi yang dikisahkan dalam novel Larasati. Ada yang bentuknya Fisik, yakni manifestasi revolusi yang ditunjukkan melalui gambaran perjuangan rakyat yang berani mengorbankan darah. Pertempuran langsung, perang gerilya, dan berbagai bentuk perlawanan fisik menjadi bagian dari narasi revolusi dalam novel ini.

Baca Juga :  Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor

Kedua adalah revolusi sosial. Revolusi sosial terlihat dari upaya rakyat menghapus sistem kolonial dan menggantinya dengan sistem yang lebih demokratis.

Dampak Revolusi

Ada tiga yang disebutkan sebagai dampak dari revolusi yang terjadi di Indonesia. Ketiganya adalah pertama, meningkatnya Nasionalisme. Salah satu dampak revolusi adalah tumbuhnya rasa nasionalisme yang kuat di kalangan rakyat. Perjuangan melawan penjajah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persatuan dan identitas nasional.

Kedua, ternyata juga ada kesenjangan sosial.  Revolusi ternyata juga digambarkan menyebabkan kesenjangan sosial, dimana beberapa kelompok masyarakat mungkin mendapat keuntungan lebih cepat dari perubahan yang terjadi, sementara yang lain tertinggal.

Terakhir, adanya bentuk polarisasi rakyat. Revolusi menyebabkan terpolarisasinya rakyat menjadi dua kubu, yaitu yang pro dan kontra terhadap republik. Perpecahan ini menandakan dinamika sosial dan politik yang kompleks pasca-revolusi.

Seluruh temuan di atas, telah dipublikasi dalam repository UIN Syarif Hidayatullah pada tahun 2020 kemarin.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember
Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte
Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah
Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!
Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional
Musim Hujan, Tebing Rawan Longsor Ancam Madrasah di Silo
FTIK Championship UIN KHAS Resmi Ditutup, Dekan Dorong Peningkatan Kualitas Pembinaan Kemahasiswaan
Viral Warga Jember Lintasi Area Pemakaman dengan Sepeda Motor

Baca Lainnya

Wednesday, 3 December 2025 - 22:43 WIB

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember

Wednesday, 3 December 2025 - 12:12 WIB

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte

Saturday, 22 November 2025 - 17:06 WIB

Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah

Friday, 21 November 2025 - 12:59 WIB

Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!

Wednesday, 19 November 2025 - 16:23 WIB

Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional

TERBARU

(Foto: Tangkapan layar)

Regionalia

Viral di Medsos Sopir Mobil di Bawah Umur Alami Laka di Jember

Wednesday, 3 Dec 2025 - 12:22 WIB

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte (Sumber:Prastyo)

Educatia

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte

Wednesday, 3 Dec 2025 - 12:12 WIB

Ilustrasi Empati (Sumber: Prastyo)

Kolomiah

Empati Natural dan Empati Artificial

Tuesday, 2 Dec 2025 - 19:37 WIB