Frensia.id – Banyak mahasiswa akhir sering dikaitkan dengan tingkat stres dan depresi yang tinggi akibat tekanan akademik, terutama saat menyelesaikan skripsi.
Salah satu anjuran umum yang sering didengar adalah meminum kopi untuk membantu mengatasi masalah ini. Namun, apakah benar kopi efektif mengurangi gejala stres dan depresi?
Dwi Permata Syinta, seorang akademisi dari Politeknik Negeri Jember, melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan ini.
Hasil kajiannya, yang dipublikasikan pada tahun 2022, meneliti hubungan antara konsumsi kafein dan minuman manis dengan gejala depresi pada mahasiswa tingkat akhir.
Penelitian ini menyebutkan bahwa gejala depresi pada mahasiswa akhir muncul akibat berbagai tekanan, seperti tuntutan penyelesaian studi. Dalam upaya melawan rasa lelah dan kantuk saat mengerjakan tugas akhir, banyak mahasiswa beralih ke konsumsi makanan atau minuman berkafein dan bergula.
Namun, apakah langkah ini memiliki dampak signifikan pada kondisi mental mereka?
Penelitian menggunakan metode survei analitik dengan rancangan cross-sectional. Sebanyak 106 mahasiswa tingkat akhir menjadi subjek penelitian ini.
Sampel diambil secara purposive sampling, dengan kriteria tertentu yang ditetapkan melalui kuesioner online. Responden berasal dari Jember dan luar Jember.
Instrumen penelitian melibatkan kuesioner identitas, kuesioner MINI, formulir SQ-FFQ, serta wawancara melalui aplikasi WhatsApp. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square untuk menilai hubungan antara konsumsi kafein, minuman manis, dan gejala depresi.
Hasilnya? Tidak ditemukan hubungan signifikan antara konsumsi kafein dengan gejala depresi. Frekuensi konsumsi kafein memiliki nilai p = 0,3, sedangkan jumlah konsumsi kafein memiliki nilai p = 0,2, yang menunjukkan tidak adanya korelasi.
Hal serupa berlaku untuk konsumsi minuman manis bergula. Frekuensi konsumsi minuman bergula memiliki nilai p = 0,9, dan jumlah konsumsinya mencatat nilai p = 0,2.
Kesimpulan penelitian ini adalah konsumsi kafein dan minuman manis tidak memiliki dampak signifikan terhadap gejala depresi pada mahasiswa tingkat akhir.
Anjuran untuk meminum kopi demi mengurangi stres tampaknya lebih bersifat mitos daripada fakta.
Penelitian ini memberikan wawasan baru bagi mahasiswa dan masyarakat umum mengenai kebiasaan konsumsi kafein.
Daripada bergantung pada kopi atau minuman manis untuk menghadapi tekanan akademik, mahasiswa dianjurkan mencari cara lain yang lebih efektif, seperti manajemen waktu, olahraga ringan, atau dukungan sosial.
Jadi, jika Anda mahasiswa akhir yang tengah dilanda stres, pikirkan ulang sebelum menjadikan kopi sebagai solusi utama.
Penelitian ini mengingatkan bahwa pendekatan holistik dalam menjaga kesehatan mental lebih penting daripada sekadar mengandalkan kafein.