Maqâshid Ash-Shiyâm, Adab Puasa (Ramadhan) : Menolak Namun Menghargai Orang Yang Memberi Makanan (Part 2)

Sumber: Pixabay

Frensia.id – Ketentuan adab berpuasa bagian kedua menurut Imam al-‘Izz bin Abdus Salam dalam kitabnya Maqâshid Ash-Shiyâm adalah hendaklah berkata bahwa sedang berpuasa jika ia datang memenuhi undangan acara makan.

Menurut ulama yang bergelar Sulthanul Ulama dan dikenal luas pada zamannya sebagai salah satu ulama besar mazhab Syafi‘i. Adab kedua dalam puasa dalam kitab Maqâshid Ash-Shiyâm adalah jika mendapat undangan untuk makan, semetara sedang dalam keadaan puasa, maka hendaklah berkata bahwa sedang dalam berpuasa.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw :
“Apabila salah seorang dari kamu diundang untuk makan, sementara ia sedang berpuasa, maka hendaklah ia katakan, ‘Aku sedang berpuasa.”

Menurut al-‘Izz bin Abdus Salam mengatakan seperti itu sebagai permintaan maaf kepada orang yang mengundang supaya tidak kecewa. Jika takut berbuat riya boleh menutupi dengan alasan yang lain.

Sungguh luar biasa anjuran semacam ini, ditengah kita menjalani kewajiban atau sunnah berpuasa kita tetap tidak boleh mengesampingkan niat baik orang lain.

Dalam keadaan berpuasa kita harus memenuhi undangan orang yang mengundang kita sebagai bentuk penghormatan.

Hanya saja jika orang yang berpuasa dihidangkan makanan, hendaklah mengatakan sedang berpuasa. Sehingga tidak mengkonsumsinya makanan yang telah dihidangkan tidak menaruh persepsi negatif dan tidak meninggalkan perasaan tidak dihargai.

Hadis ini lahir 1400 tahun yang lalu namun kini menemukan relevansinya dengan muslim di Indonesia yang plural ini. Apa kaitannya hadis ini dengan puasa ramadhan, karena tidak mungkin seorang muslim mengundang makan siang hari untuk di bulan Ramadhan sehingga menolaknya dengan mengatakan sedang berpuasa.

Untuk konteks itu tidak mungkin. Tapi sangat mungkin bagi seorang muslim yang memilki sahabat, handaitolan, kerabat kerja, family non muslim yang menggelar syukuran disiang hari bulan Ramadhan.Maka pada konteks ini lah hadis ini menjadi hadis acuan.

Seakan Rasulullah saw menuturkan kepada umatnya yang muslim di Indonesia jika diundang syukuran, ramah tamah, peresmian dan moment lainnya tetap harus dihadiri namun tetap harus berpuasa dengan berkata jujur sedang berpuasa.

Sungguh ini ajaran Islam yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Mungkin inilah yang dimaksud Gus Dur Bahwa jika kita muslim terhormat, maka kita akan berpuasa dengan menghormati orang yang tidak berpuasa.