Frensia.id – Setiap menjelang Puasa Ramadhan, sering kita melihat dan mendengar ucapan, bahkan mengucapkan “Marhaban Ya Ramadhan!”
Lantas, apa makna yang terkandung di dalamnya serta kaitannya dengan upaya menjalankan ibadah puasa dengan sempurna?
Menurut Prof. Quraish Shihab dalam acara Shihab & Shihab yang dibukukan pada tahun 2019, ungkapan “Marhaban Ya Ramadhan”, jika dilihat dari akar katanya memiliki dua makna.
Makna pertama, Marhaban biasa diartikan dengan “selamat datang”, dari akar kata rahba (رحب) yang berarti tempat yang luas.
Seseorang yang disambut dengan baik, akan dipersilahkan masuk ke tempat luas dan tidak akan merasa sempit.
Sehingga kalau berkata, “Marhaban Ya Ramadhan!”, mengisyaratkan bahwa kedatangan bulan Ramadhan disambut dengan lapang dada, dengan tidak ada kekesalan sedikitpun di dalam hati, maka tidak ada lagi ucapan, “Kok puasa lagi, ya!”
Maka, makna yang pertama adalah, “Marhaban Ya Ramadhan! Selama datang. Engkau datang di tempat yang lapang. Hati kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan tanpa kekesalan dan sebagainya”.
Makna yang kedua adalah, marhaban berasal dari kata marhab yang memiliki arti stasiun tempat kendaraan mengambil bekal sekaligus memperbaik apa yang rusak dari kendaraan tersebut.
Sehingga, kalau mengucapkan, “Marhaban Ya Ramadhan!” dalam makna yang kedua ini berarti, “Wahai Ramadhan, selamat datang. Kami akan mengambil bekal darimu, dalam melanjutkan perjalanan kami menuju Allah”.
Oleh karena itu, seseorang yang mengatakan “Marhaban Ya Ramadhan” berarti ia juga harus menyambut Ramadhan dengan gembira serta bersedia untuk memperbaiki apa yang kurang baik dan mengambil bekal dalam perjalanan menuju Allah SWT.
Dalam hal memperbaiki ini, Prof. Quraish Shihab menjelaskan di dalam bulan Ramadhan itu ada yang sangat dianjurkan, yakni I’tikaf dalam sepuluh malam terakhir.
I’tikaf untuk merenungi tentang bagaimana yang telah dilakukannya dan apa yang harus diperbaikinya.
Selanjutnya, di dalam bulan Ramadhan ini, hendaknya dapat mengambil bekal sebanyak mungkin dalam perjalana menuju Tuhan.
Tidak hanya itu, salah satu yang sangat dianjurkan dalam agama adalah menitipkan bekal kepada orang lain, yakni bersedekah.
Bahkan, menitipkan bekal ke orang lain merupakan inti yang sejak semula begitu mengucapkan, “Marhaban Ya Ramadhan” pada awal puasa atau menjelang puasa.
Sehingga akhirnya, seorang muslim harus sudah mempersiapkan diri dengan kedua makna ini, artinya semakin baik kegiatan selama Ramadhan, akan semakin lurus apa yang bengkok, dan semakin banyak bekal yang dapat dibawa atau yang dapat dititipkan pada orang lain untuk dibawakan kepada kita.