Frensia.id- Pada debat Capres-Cawapres ketiga kemarin, ramai dibicarakan anggaran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Banyak yang mempertanyakan anggaran besar Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, yang hari mencalonkan diri sebagai Capres. Persoalannya adalah tingginya anggaran dan pembelian alat atau senjata bekas negara lain. Tentu masyarakat bertanya-tanya, apa tidak bisa Indonesia memproduksi senjata sendiri?
Jawabannya, tentu apa yang tidak bisa di dunia. Ya pasti bisa lah! Apalagi negara kita memiliki produsen besar Alutsista yang telah berdiri sejak era kolonial. Beberapa produsen besar yang dimaksud di antaranya ini;
- PT Pindad
Pindah memiliki akar sejarah yang panjang. Berawal dari Gubernur Jenderal Belanda, Willem Herman Daendels, mendirikan bengkel Constructie Winkel (CW) di Surabaya. Hal ini terjadi pada 1808. Tujuan pendirianya adalah agar Balanda memiliki pemasok, pemelihara, dan tempat perbaikan persenjataan sendiri.
Bengkel Senjata ini kemudian berganti nama menjadi Artileri Constructie Winkel (ACW) pada tahun 1851. Pergantian nama ini juga mengisyaratkan perkembanganya dari yang hanya dapat memperbaiki senjata menjadi produsen.
Pada 1920, saat ACW telah berlokasi di Bandung, ia terus berkembang dan bahkan menjadi empat perusahaan persenjataan besar lain di bawah naungan Artillerie Inrichtingen (AI). Sayangnya, kesuksesnya melamah saat penguasaan Jepang di Indonesia. Kala itu ACW di rubah lagi namanya menjadi Daichi Ichi Kozo.
Setelah Japang menyerah, ACW kemudian jatuh ke tangan Laskar Pemuda Pejuang dan digantinya namanya menjadi Pabrik Senjata Kiaracondong. Naasnya, pada 1948 saat Belanda datang kembali ke Indonesia, jatuh ke tangan penjajah lagi dan berganti nama Leger Productie Bedrijven (LPB).
Pada akhirnya, melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, kembali lagi ke tanggan Indonesia dan berganti kembali menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Setalah itu, terus berganti-ganti nama hingga akhirnya pada tahun tahun 1962 diubah lagi menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 29 April 1983, lembaga ini resmi menjadi perusahaan yang ada di bawah Departemen Pertahanan dan Keamanan.
- PT Dirgantara Indonesia
Dilansir dari laman PT Dirgantara Indonesia sendiri, perusahan ini didirikan pasca kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia, ada gagasan dan desakan untuk membangun produksi pesawat terbang. Gagasan ini yang terus diupayakan oleh pemerintah.
Akhirnya, pada 26 April 1976, didirikanlah sebuah perusahaan bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio . Direktur utama PT ini langsung digawangi oleh tokoh intelektual mashur Indonesia, B.J. Habibie.
Perusahaan ini kemudian berganti nama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada tanggal 11 Oktober 1985. IPTN ini sangat sukses, pesawat yang diproduksinya sangat canggih dan mutakhir.
Pada perkembangannya, tempatnya di era KH. Abdurrahman Wahid, IPTN diganti namanya menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero). Persemiannya dilaksanakan di Bandung Pada tanggal 24 Agustus 2000. Kini, perusahaan ini yang menjadi perusahan besar pemasok alutsista di sektor penerbangan.
- PT PAL
Situs laman resmi PT PAL Indonesia dinyatakan berasal dari Marine Establishment (ME). Perusahaan ini berdiri atas inisiasi Pemerintah Belanda. Tepatnya, pada tahun 1939.
Pasca Indonesia mendapatkan kemerdekaanya, kemudian diambil alih dan namanya berubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Adapun penetapannya sebagai perseroan terbatas baru terealisasi pada tangal 15 April 1980. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1980.
PT ini memproduksi kapal-kapal perang serta elemen lain yang melengkapinya. Produsinya dimulai sejak tahun 1985 dan terus berlangsung hingga saat ini. Jadi, tidak heran PT PAL Indonesia disebut-sebut sebagai perusahaan kapal terbesar dimiliki Indonesia.