Masih Tabung Gas LPG

Kamis, 6 Februari 2025 - 21:12 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

tabung gas LPG

tabung gas LPG

Frensia.id- Sekitar dua dasawarsa yang lalu, seorang guru Sains pernah bercerita dalam kapasitasnya pengajar anak tingkat dasar. Bahwa septic tank yang berisi limbah manusia bisa dibuat masak. Waktu itu sang guru tidak bicara rumit-rumit seperti menggunakan istilah biogas, teknologi anaerobik, asam asetat, minim oksigen atau apapun itu.

Apalagi membahas bahwa suatu ketika apabila gas LPG digunakan dan menjadi kebutuhan orang banyak, yang mana pada waktu itu minim sekali penggunanya hanya berapa gelintir orang kaya. Mulai dari distribusi serta produksi membutuhkan keterlibatan pemerintah, sehingga apabila salah mengambil persepsi akan memungkinkan salah kebijakan dan menghadirkan massa yang banyak untuk berkumpul sebagaimana hari ini.

Tidak, guru Sains yang merupakan Sarjana Hukum tersebut sekedar membicarakan kelebihan dan alternatif saja sebagai pengganti kayu bakar kala itu. Ia benar-benar seorang guru yang membicarakan pengetahuan tentang alam, bukan seorang peramal yang bisa membaca wajah masa depan, termasuk saat ini.

Setidaknya ia mencoba menyampaikan kemewahan dunia ilmiah dan temuan-temuannya serta manfaat kepada umat manusia. Karena memang dianggap bermanfaat, unik dan efektif untuk kebutuhan memasak sebagai pengganti kayu bakar. Spontan pulang sekolah, saya langsung cerita kepada ibu dan langsung pula ditolak mentah-mentah.

Bayangkan siapa yang mau makan masakan yang dibuat dari api dengan asal usul septic tank. Kira-kira ibu bertahun-tahun yang lalu berkata demikian, benar juga. Dan teman-teman sekelas sepertinya apabila bercertia juga akan terkena penolakan oleh ibu mereka masing-masing dengan alasan yang sama pula.

Baca Juga :  Sebiji Beras, Sebait Shalawat

Ternyata sekalipun biogas septic tank disebut hemat biaya dan menjijikan ternyata rumit pula, harus ini dan itu, butuh ini dan itu semuanya terukur dan pasti termasuk anggarannya. Pada akhirnya daripada rumit di pikiran lebih baik rumit di kebun mencari kayu bakar.

Cerita lain dari soal pengganti kayu bakar, pada waktu itu gas LPG mempunyai sisi kelam yang menghantui, yaitu ancaman bisa meledak dan menimbulkan kebakaran. Tetapi hal tersebut sepertinya hanya berlaku bagi orang kekurangan, bagi orang kaya tidak ada hantu dan tidak boleh takut.

Ketika promosi besar-besaran dan klaim hanya untuk orang kaya ditepis, toh nyatanya bahaya yang dikhawatirkan, sekalipun tetap berpotensi, mampu ditanggulangi. Apa kira-kira orang kurang berpunya selalu dibina dengan ketakutan?

Ternyata benar-benar LPG itu tidak berhantu, sampai akhirnya banyak yang menggunakan dan ketika ada langkanya masyarakat juga tidak takut-takut memarahi menteri Bahlil.

Ini benar-benar sebuah indeks yang baik bagi pertumbuhan demokrasi. Mengepa demikian? Kita kembalikan kepada apa artinya sistem pemerintahan yang diimport dari luar ini, yakni dimana kekuasaan bertubuh pada rakyat.

Menteri adalah produk dari hak prerogeratif Presiden, sedangkan orang yang nomor plat mobilnya ini berangka satu adalah delegasi dari akumulasi kekuasaan yang dikumpulkan di tiap-tiap TPS, jadi apabila sang punya hak kekuasaan sejati, yakni rakyat marah dan merasa tidak terpuaskan atas kebijakan yang dibuat, maka upaya untuk menagih keadilan, dalam bentuk tabung gas LPG, dapat dibenarkan.

Baca Juga :  Tabung Gas LPG 3 Kg, Antara Realita dan Filosofi di Kanvas Zukkk

Menteri Bahlil yang beberapa waktu lalu kena gojlok oleh presiden Prabowo sendiri, sepertinya tampak sabar dalam menanggapi bapak yang turut antre untuk mendapatkan LPG. Dalam kondisi terik matahari jika ada perubahan-perubahan sedikit dari raut wajahnya, pantas saja.

Jadi memang LPG itu penting sekali, lebih-lebih ketika hendak digunakan tidak hanya untuk memasak tetapi juga program makanan bergizi gratis. Bisa dibayangkan apabila terus menerus langka, kemudian mau memasak makanan yang bergizi, bukannya bisa-bisa tidak sampai matang. Karena di tengah-tengah proses memasak ternyata LPG habis dan mau mencari harus ikutan antri panjang-panjang. Jelas gak akan matang-matang.

Seratus hari lebih kepemimpinan presiden Prabowo yang ditandai dengan LPG langka ini, ternyata sudah membatalkan dua program pertama PPN 12 persen dan kedua larangan pengecer menjual tabung LPG 3 kg.

Setidaknya presiden kita berani ambil langkah sat-set, untuk mengatasi problematika yang sudah berhari-hari media hanya menampilkan LPG terus dan hari Rabu (05/02/25) sehari selepas pengecer bisa jualan tabung lagi, beritanya masih tetap warga antre tujuh meter.   

Presiden mempunyai makanan favorit yaitu nasi goreng, dimana cara membuatnya adalah di goreng dengan nyala dari LPG. Umpamanya LPG nya berbeda, barangkali tidak enak juga di tengah-tengah saat memasak, ketika aroma bawang sudah mulai mewangi tiba-tiba api mati dan gagal estetik.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
BBM Dikadali, Negara ke Mana?
Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi
Sebiji Beras, Sebait Shalawat
Cak Imin dan Revolusinya
Ekoliterasi dan Tafsir Hijau Quraish Shihab
Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini

Baca Lainnya

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:23 WIB

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:00 WIB

BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Selasa, 25 Februari 2025 - 12:10 WIB

Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi

Selasa, 25 Februari 2025 - 06:01 WIB

Sebiji Beras, Sebait Shalawat

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB