Frensia.id- Lingkar Kajian Strategis (LKaS) UIN Kiai Haji Achmad Siddiq (KHAS) Jember kembali menggelar Serial Kajian Ekoteologi ke-3 dengan tema “Ahkamul Bi’ah fi al-Fiqh al-Islami” karya Abdullah bin Umar bin Muhammad As-Sahibany, di Ruang Rapat Rektorat lantai I. 26/8/25.
Acara menghadirkan narasumber utama, Dr. KH. Abdul Haris, M.Ag., dosen UIN KHAS Jember sekaligus Ketua MUI Kabupaten Jember. Turut hadir Wakil Rektor I, Prof. Dr. M. Khusna Amal, S.Ag., M.Si., serta sejumlah dosen, alumni pascasarjana, dan komunitas Gusdurian Jember.
Dalam sambutannya, Prof. Amal menegaskan pentingnya membangun tradisi kajian substantif di dunia akademik. Menurutnya, forum seperti ini menjadi kelanjutan spirit intelektual era 1970-an hingga 1990-an, ketika tokoh-tokoh seperti Mukti Ali dan Harun Nasution memelopori kebangkitan pemikiran Islam.
“LKAS hadir untuk menyemarakkan kajian di UIN KHAS Jember, bukan dalam kerangka seremonial, tetapi untuk membicarakan hal-hal yang benar-benar substantif. Kita ingin berproses dengan konsisten agar lahir produk pemikiran yang berdampak dan bermakna,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Kiai Haris memaparkan bahwa Islam menempatkan manusia sebagai khalifah yang berkewajiban menjaga kelestarian bumi. Ia menekankan prinsip dar’u al-mafasid wa jalbu al-mashalih (mencegah kerusakan dan menghadirkan kemaslahatan) sebagai dasar fikih lingkungan.
“Prinsip dar’u al-mafasid wa jalbu al-mashalih mengajarkan kita mencegah kerusakan sekaligus menghadirkan kemaslahatan. Kepedulian lingkungan adalah ibadah dan bagian dari tanggung jawab kekhalifahan,” jelasnya.
Ketua MUI Jember itu menegaskan hal tersebut dalam materinya yang disarikan dari karya Ahkam al-Bi’ah fi al-Fiqh al-Islamiy. Ia menyebut bahwa realitas menunjukkan, manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah pada umumnya masih kurang peduli terhadap hukum alam yang seharusnya ditaati.
“Berbagai pelanggaran baik yang bersifat maknawi yang berupa kesyirikan dan kemaksiatan atau yang bersifat indrawi yang berupa pengerusakan alam dan lingkungan seringkali dilakukan, bahkan terkadang secara sengaja.” Paparnya
Diskusi berlangsung hangat dengan berbagai pertanyaan kritis dari peserta, yang memperkaya pembahasan. Kehadiran Prof. Amal sebagai motor penggerak dan KH. Abdul Haris sebagai pemantik pemikiran memperkuat citra UIN KHAS Jember sebagai kampus yang konsisten menautkan khazanah keislaman dengan tantangan zaman.