Mengenang 15 Tahun Berpulangnya WS Rendra, Kontroversi Keislaman dan Puisi Terakhirnya

Selasa, 6 Agustus 2024 - 17:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

mengenang 15 tahun berpulangnya WS Rendra (Ilustrasi/Prastyo)

mengenang 15 tahun berpulangnya WS Rendra (Ilustrasi/Prastyo)

Frensia.id- WS Rendra adalah penyair, dramawan, aktor dan sutradara teater yang telah berpulang 15 tahun lalu tepatnya pada tanggal 6 Agustus 2009. Sajak-sajaknya yang kembali dibacakan dan diputar berulang-ulang di platform Youtube dan sebagainya menandai bahwa penyair periode angkatan 50 ini akan terus dikenang.

Sekalipun dirinya sudah tiada tetapi lewat syair-syairnya yang dikenal cukup dalam, bernas dan berani terhadap kekuasaan seolah-olah sosoknya tak akan pernah lekang oleh waktu.

Pada tanggal 25 November 2013 Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) membuat sebuah acara yang diberi tema “Napak Tilas Sastra: WS. Rendra” yang bertempat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Pada kesempatan tersebut sastrawan Remy Silado mendapatkan kehormatan untuk memberikan sebuah orasi yang diberinya judul “ Kawindra Wafat…..Hidup Kawindra!!”.

Seperti yang dijelaskan oleh penulis novel Ca-Bau-Kan di podium DKJ, istilah Kawindra yang digunakan dalam judul naskah yang ia karang, merujuk kepada sosok besar yang ia kenang dan segani dengan penuh hormat.

Terminologi Kawindra merupakan bahasa kawi yang mempunyai arti penyair besar atau bisa pula disebut dengan raja pujangga.

“dengan rasa hormat yang sepatutnya, mohon ijin saya ingin menyebut WS.Rendra sebagai Kawindra”, jelasnya pada acara tersebut.

Baca Juga :  The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri

Dalam perjalanan hidup Rendra, selain menghasilkan karya yang sangat produktif mulai dari kumpulan puisi, filmografi, drama dan beberapa penghargaan yang cukup prestisius.

WS.Rendra juga mempunyai beberapa kontroversi, salah satunya dengan menganut iman Islam. Hal tersebut disinyalir mengandung persoalan karena diduga keislamannya adalah motif agar mendapatkan pengesahan untuk poligami.

Sebelumnya, Rendra menikah dengan sosok perempuan bernama Sunarti Suwandi pada tahun 1959. Sejak pertemuannya dengan Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat yang awalnya berniat untuk belajar di bengkel teaternya, lantas kemudian dipersunting oleh sang guru untuk menjadi istri kedua.

Pada momen kali ini, tampak keberanian penyair yang mendapat julukan “Si Burung Merak”, perempuan yang ia nikahi tersebut merupakan seorang putri darah biru keturunan keraton Yogyakarta. Lebih-lebih setelah pernikahannya yang kedua, Rendra kembali mempersunting seorang perempuan untuk menjadi istrinya yang ketiga, yaitu Ken Zuraida.

Untuk pernikahannya yang ketiga, Rendra harus kehilangan istrinya yang kedua Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat setelah digugat cerai pada tahun 1979, kemudian disusul oleh Sunarti pada tahun 1981.

Perceraian Rendra dengan kedua istrinya, menjadi bukti bahwa keislamannya memang benar-benar tulus. Hal tersebut dibuktikan dengan tetapnya iman Islam hingga akhir hayatnya. Ia tidak pernah berpaling, justru menjadi seorang muslim yang taat.

Baca Juga :  Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo

Dalam sebuah kesaksian akan keislamannya Rendra pernah mengatakan,”saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain, sehingga hak individu saya merasa dihargai”.

Keislaman Rendra juga disimbolkan dengan perubahan nama, Willibrodus Surendra Broto Narendra atau yang dikenal WS Rendra diubahnya menjadi Wahyu Sulaiman Rendra, tanpa harus membuang huruf awalnya.

Menjelang hari-hari terakhir Rendra, ia sempatkan untuk menulis sebuah puisi di tengah-tengah perawatan akibat penyakit jantung koroner.

Puisi tersebut mempunyai nuansa rasa penyerahan diri dan pengabdian kepada Allah SWT, Rendra sendiri tidak sempat memberinya judul, tetapi lebih mudah diingat dengan penggalan sajaknya,”Tuhan, Aku Cinta Padamu”. Berikut larik-larik sajak yang ia tulis pada tanggal 31 Juli 2009 di rumah sakit Mitra Husada.

Aku lemas
Tapi berdaya
Aku tidak sambat rasa sakit
atau gatal

Aku pengin makan tajin
Aku tidak pernah sesak nafas
Tapi tubuhku tidak memuaskan
untuk punya posisi yang ideal dan wajar

Aku pengin membersihkan tubuhku
dari racun kimiawi

Aku ingin kembali pada jalan alam
Aku ingin meningkatkan pengabdian
kepada Allah

Tuhan, aku cinta padamu

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Mandi Pagi di Pantai: Kebiasaan Menyehatkan yang Didukung Ilmiah
Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo
Petualangan Don Quixote, Novel Besar yang Bercerita tentang Orang Gila
The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri
Dag Solstad, Sastrawan Terbesar Norwegia Tutup Usia
AMRM Tuntut Perbaikan Layanan Mudik di Pelabuhan Jangkar
Jobin, Novel Terbaru Pidi Baiq di Awal Tahun 2025
Ekspedisi Alexander yang Agung, Berjumpa dengan Manusia-Kuda

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 08:42 WIB

Mandi Pagi di Pantai: Kebiasaan Menyehatkan yang Didukung Ilmiah

Rabu, 2 April 2025 - 16:15 WIB

Timbreng Ulu, 5 Pesona Daerah Perbatasan Pinggiran Kota Situbondo

Selasa, 1 April 2025 - 23:23 WIB

Petualangan Don Quixote, Novel Besar yang Bercerita tentang Orang Gila

Senin, 31 Maret 2025 - 19:20 WIB

The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri

Senin, 17 Maret 2025 - 22:14 WIB

Dag Solstad, Sastrawan Terbesar Norwegia Tutup Usia

TERBARU

Kolomiah

Di Liga Champions UEFA, Menang Justru Lebih Melelahkan

Kamis, 10 Apr 2025 - 18:09 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB

Religia

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 Apr 2025 - 07:16 WIB