Frensia.id – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyoroti peran Prancis dalam berbagai inisiatif diplomatik.
Hal yang menjadi sorotan Menlu Rusia ini termasuk pertemuan yang baru-baru ini difasilitasi oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron di Paris antara mantan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Vladimir Zelensky.
Pernyataan Sergey Lavrov ini sebagaimana jawabannya dalam wawancara dengan media Rusia dan internasional di Moskow pada tanggal 26 Desember 2024.
Lavrov memberikan pandangan kritis terhadap pendekatan Barat, terutama Prancis, dalam menangani konflik Ukraina.
Dalam pernyataannya, Lavrov menyebut bahwa Prancis sering mengambil peran aktif dalam menyelenggarakan berbagai pertemuan dan konferensi internasional.
Namun, ia mempertanyakan efektivitas dan ketulusan inisiatif tersebut.
“Kami sudah terbiasa dengan berbagai inisiatif yang sering diumumkan Prancis. Saya ingat pada bulan Desember 2015, Presiden François Hollande mendadak menyerukan konferensi mengenai Libya, yang setelahnya tidak menghasilkan tindakan berarti,” ungkap Lavrov.
Lavrov juga mengkritisi pendekatan Prancis yang menawarkan mediasi terkait konflik Ukraina, tetapi di saat yang sama memberikan dukungan militer signifikan kepada Kiev.
Menurutnya, langkah ini bertentangan dengan prinsip Barat sendiri yang menyatakan, “tidak ada pembahasan tentang Ukraina tanpa Ukraina.”
“Prancis melatih pasukan Ukraina di wilayahnya, mendukung pengiriman penjaga perdamaian, dan secara eksplisit menyerukan agar Rusia terus ditekan. Perilaku bertentangan seperti ini tidak menumbuhkan kepercayaan terhadap niat Prancis untuk memainkan peran konstruktif,” tambah Lavrov.
Mengenai pertemuan Paris yang terkait dengan upacara pembukaan kembali Notre Dame de Paris, Lavrov menyatakan bahwa pertemuan tersebut lebih menekankan pada citra daripada dialog yang substantif.
Ia bahkan menyebut kehadiran salah satu peserta sebagai Nazi rasis, menekankan tidak sejalanlannya sikap politik pihak-pihak yang terlibat.
Pernyataan Lavrov mencerminkan ketegangan yang terus berlangsung antara Rusia dan Barat terkait konflik di Ukraina.
Sementara itu, Prancis dan negara-negara Barat lainnya terus berupaya mencari solusi melalui jalur diplomatik sekaligus memberikan dukungan militer kepada Ukraina.
Pernyataan Lavrov menyoroti kompleksitas dinamika internasional dalam menyelesaikan konflik Ukraina, dengan masing-masing pihak memiliki agenda yang terkadang saling bertentangan.