Novel Keren! Melawan Agama Baru Manusia Modern, “Uang dan Pekerjaan Mapan”

Sunday, 2 February 2025 - 17:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Novel Keren! Melawan Agama Baru Manusia Modern,

Gambar Novel Keren! Melawan Agama Baru Manusia Modern, "Uang dan Pekerjaan Mapan" (Sumber: Grafis Frensia)

Frensia.id – Kehidupan modern telah membentuk sebuah agama baru yang dianut banyak orang tanpa mereka sadari. Agama ini tidak mengenal doa atau ibadah dalam bentuk ritual, tetapi menuntut pengorbanan tanpa henti.

Nama agama itu adalah “Uang dan Pekerjaan Mapan.” Dalam dunia yang dikuasai kapitalisme, status sosial dan kesuksesan diukur dari seberapa banyak uang yang dimiliki dan seberapa prestisius pekerjaan seseorang.

George Orwell, dalam novelnya Keep The Aspidistra Flying yang diterjemahkan menjadi Tetaplah Jaya Aspidistra, mengupas fenomena ini melalui kisah tokoh utama, Gordon Comstock.

Gordon adalah seorang pria cerdas yang menolak tunduk pada kapitalisme.

Ia menolak menjadi bagian dari roda perbudakan uang dan memilih hidup dengan cara berbeda. Slogan “perang terhadap uang” menjadi prinsip yang ia jalani dengan penuh tekad, meskipun itu berarti hidup dalam penderitaan dan kekurangan.

Dalam novel ini, Orwell menggambarkan bagaimana uang telah menjadi dewa baru yang dipuja oleh masyarakat. Ada tiga elemen utama yang membentuk agama modern ini: pertama, uang yang dipertuhankan sebagai sumber kebahagiaan dan keberhasilan hidup; kedua, perusahaan dan pemilik modal yang menciptakan pekerjaan sebagai sarana mengakumulasi kekayaan; dan ketiga, para pekerja yang didoktrin untuk menjadikan pekerjaan mereka sebagai identitas utama.

Baca Juga :  Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah

Berbeda dari kebanyakan orang yang mendewakan uang dan pekerjaan mapan, Gordon memilih jalan yang lebih idealis. Ia percaya bahwa untuk menjadi manusia yang benar-benar merdeka, seseorang harus menolak terjebak dalam perbudakan ekonomi.

Dengan keyakinan ini, ia sengaja melepas pekerjaan bergaji tinggi di dunia periklanan karena merasa bahwa pekerjaannya penuh kebohongan demi keuntungan finansial.

Gordon kemudian bekerja di sebuah toko buku kecil dan mulai mengirimkan puisinya ke berbagai penerbit. Pekerjaan ini lebih sesuai dengan prinsipnya karena tidak menjadikannya budak uang atau ambisi jabatan. Namun, idealisme Gordon membawa konsekuensi berat.

Penghasilannya yang kecil memaksanya hidup dalam kondisi serba kekurangan. Ia bahkan kesulitan membayar ongkos penerbitan puisi, membeli bir, atau sekadar mengajak kekasihnya berkencan.

Meskipun ia berusaha melawan dominasi kapitalisme, pada akhirnya Gordon harus menghadapi realitas pahit bahwa uang tetap memiliki kendali besar atas hidupnya. Ia terus berada dalam dilema antara mempertahankan idealismenya atau menyerah pada sistem yang ia benci.

Baca Juga :  Musim Hujan, Tebing Rawan Longsor Ancam Madrasah di Silo

Perjuangannya menyibak konflik internal banyak orang di dunia modern yang sadar akan jeratan kapitalisme tetapi tidak mampu sepenuhnya melepaskan diri darinya.

Novel ini bukan hanya sekadar kisah tentang perlawanan terhadap uang, tetapi juga membahas berbagai aspek kehidupan lainnya, seperti perdebatan ideologi antara kapitalisme dan sosialisme, nilai seni dan sastra, persahabatan, feminisme, hingga ketidakadilan sosial.

Orwell dengan cerdas menggambarkan bagaimana sistem ekonomi dapat membentuk pola pikir dan perilaku manusia hingga ke tingkat yang paling mendasar.

Membaca Keep The Aspidistra Flying memberikan sudut pandang yang segar tentang bagaimana uang dan pekerjaan telah menjadi agama baru manusia modern.

Orwell tidak menawarkan solusi konkret, tetapi ia berhasil menunjukkan bahwa di balik ambisi mencari kekayaan dan kestabilan hidup, ada pertanyaan mendasar yang patut direnungkan: apakah kita benar-benar hidup merdeka, atau hanya menjalani hidup sesuai dengan dogma agama kapitalisme?

Penulis : Imam Muhajir Dwi Putra

Editor : Mashur Imam

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama
​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa
Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan
Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember
Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte
Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah
Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!
Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional

Baca Lainnya

Sunday, 7 December 2025 - 22:23 WIB

Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama

Sunday, 7 December 2025 - 21:01 WIB

​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa

Sunday, 7 December 2025 - 20:06 WIB

Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan

Wednesday, 3 December 2025 - 22:43 WIB

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember

Wednesday, 3 December 2025 - 12:12 WIB

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte

TERBARU