Orang Modern Susah untuk Bersabar, Psikolog Paparkan Alasannya

Kamis, 15 Agustus 2024 - 10:53 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ilustrasi perempuan yang bersabar (Sumber: Pixabay)

ilustrasi perempuan yang bersabar (Sumber: Pixabay)

Frensia.id- Salah satu kunci keberhasilan dalam berbagai hal adalah kesabaran. Begitu yang disampaikan dan diajarkan oleh generasi-generasi tua kepada penerusnya, dan ilmu tersebut terus diwariskan dari setiap jenjang hingga hari ini.

Akan tetapi pada era sekarang, kesabaran akan sulit untuk dipraktekkan, barangkali karakter penting dari manusia yang perlu dilestarikan tersebut akan menjadi sekedar wacana yang populer untuk dibicarakan dan didiskusikan di ruang-ruang kelas saja.

Padahal konsepnya bisa dibahas ketika wujudnya memang benar-benar nyata ada. Dengan demikian seorang pengajar akan bisa menjelaskan dengan cukup konkrit kepada muridnya ketika sang guru juga mampu mengamalkannya.

Dengan tantangan zaman apapun sifat sabar sangat perlu untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, lebih-lebih pada era sekarang ketika semunya serba instan.

Seorang psikolog, kelahiran Jerman, Erich Fromm menyebut bahwa orang modern atau mereka yang mempunyai ketergantungan pada segala hal sebagai hasil produksi kemajuan zaman yang berbasis pada perkembangan alat-alat mekanik dan digital akan mempunyai kemampuan untuk bersabar secara minimalis.

Baca Juga :  Kuliah Gratis Bagi Calon Guru di UIN KHAS Jember, Ada Beasiswa PIAUD dari Pemprov!

 Lebih lanjut menurut Fromm, sistem industri sekarang yang semakin hari memberikan efektifitas dalam berbagai hal, menjanjikan kecepatan dan jelas-jelas memberikan kemudahan kepada manusia untuk mengakses segala kepentingan dan keinginan.

Umat manusia yang terlatih menghasilkan dan menerima segala sesuatu secara cepat, mindset yang terbentuk akan senantiasa menginginkan kecepatan dalam berbagai aspek.

Hal inilah yang menjadikan pikiran manusia untuk tidak bisa bersabar, karena segalanya sudah terbiasa dengan sesutau yang cepat.

Kemajuan zaman ditandai dengan rancangan-rancangan mesin yang serba cepat, mulai dari sepedah motor sampai pesawat terbang. Semakin cepat kemampuan yang dimiliki maka nilai ekonomis yang diraih semakin tinggi.    

Lebih konkrit lagi pada ranah digital, dimana semunya sangat ditentukan oleh kecepatan internet. Manusia yang menggantungkan segal persoalan, kewajiban dan tugas-tugasnya dengan komputer dan smartphone yang mengandalkan adanya koneksi, maka kecepatan akan senantiasa menjadi perhitungan utama setelah tersedianya layanan internet.

Baca Juga :  Bupati Gus Fawait Keluarkan SE Anak Sekolah Belajar Secara WFH

Pembiasaan untuk menerima segala sesuatu secara cepat dan instan ini menjadikan manusia untuk tidak bisa bersabar.

Sebagai karakter yang penting dalam konteks relasi dan interaksi sosial, kesabaran memberikan kemungkinan akan harmoni yang lebih lama.

Kesabaran secara tersendiri bagi Erich Fromm merupakan salah satu premis dan tahapan pelatihan bagi seseorang untuk mencapai kualitas sebagai manusia yang lebih bernilai, yaitu dalam kapasitasnya sebagai subjek yang mencintai.

Hal ini, ia utarakan dalam salah satu karyanya yang berjudul, The Art of Loving. Seseorang yang belajar mencintai seyogyanya untuk melatik kesabarannya lebih dulu.

Dengan demikian dapat disimpulkan, orang-orang dengan karakter bentukan zaman modern menjadi terbuka dan rentan sekali mengalami konflik horizontal.

Secara pasti dikarenakan kapasitas cinta antar sesama yang seharusnya dilestarikan dan dikembangkan cenderung tidak dimiliki. Dalam alurnya yang lebih lanjut, hal tersebut dikarenakan mereka hidup dan dibiasakan untuk menjadi tidak sabaran.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi
WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember
Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media
Direktur Politeknik Negeri Jember Dukung Penuh Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso Tegaskan Perkawinan Anak Akar Kemiskinan Struktural
Rektor UIN KHAS Baca Trilogi Ikrar Moderasi Beragama, Begini Isinya!

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 06:14 WIB

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:16 WIB

Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia

Selasa, 19 Agustus 2025 - 10:24 WIB

Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi

Senin, 18 Agustus 2025 - 16:49 WIB

WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Minggu, 17 Agustus 2025 - 12:18 WIB

Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB