Frensia.id- Pelindung garis pantai, sangat penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat, utamanya di Kabupaten Situbondo. Untuk itu, sangat penting sekali menghitung dan mencari hal-hal dapat menjadi pelindung pantai.
Hal demikian ini yang diteliti oleh Alaik Mutawibbillah F, Ani Listriyana dan Rikky Leonard. Ketiganya merupakan akademisi dari Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi, Universitas Abdurachman Saleh Situbondo.
Temuan mereka yang telah dipublikasi pada tahun 2022 lalu di sebuah prosiding seminar nasional, mengungkapnya banyak hal. Utamanya tentang pelindung pantai di sepanjang kabupaten Situbondo.
Bagi mereka, daerah pesisir yang panjang, ditambah dengan aktivitas manusia serta pembangunan infrastruktur, sering kali dipengaruhi oleh faktor alam seperti gelombang, pasang surut, dan arus laut. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan dampak negatif di wilayah pesisir, terutama berupa erosi dan sedimentasi pantai.
Salah satu contoh wilayah yang menghadapi masalah ini adalah Kabupaten Situbondo di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Situbondo terletak di ujung timur Pulau Jawa bagian utara, dengan karakteristik topografi yang beragam, mulai dari dataran pantai hingga pegunungan.
Wilayah Situbondo membentang sepanjang lebih dari 150 kilometer dari barat ke timur, dan sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan pesisir. Karena panjangnya garis pantai tersebut, Situbondo menjadi rentan terhadap berbagai masalah lingkungan yang disebabkan oleh perubahan alami serta intervensi manusia.
Erosi pantai di beberapa titik dapat mengancam keberlanjutan ekosistem pesisir dan mengakibatkan hilangnya lahan pantai yang penting bagi kehidupan masyarakat setempat. Selain itu, sedimentasi yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas pelabuhan dan memperburuk kualitas ekosistem laut.
Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi Kabupaten Situbondo, yang harus menghadapi dinamika antara perkembangan daerah dan pelestarian lingkungan pantai. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah mitigasi yang melibatkan pendekatan terpadu antara pemerintah, masyarakat, dan pakar lingkungan.
Solusi seperti pemecah gelombang, restorasi hutan bakau, serta perencanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan bisa membantu menjaga keseimbangan antara perkembangan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di daerah pesisir ini.
Setelah melakukan penelitian dan kajian yang mendalam selama beberapa bulan. Ketiganya akademisi menemukan bahwa Di Kabupaten Situbondo, terdapat beberapa titik lokasi dengan bangunan pelindung pantai yang dirancang untuk mengurangi dampak erosi dan kerusakan akibat faktor alam.
Terdapat tujuh titik lokasi utama di mana upaya perlindungan pantai dilakukan, enam di antaranya menggunakan jenis bangunan pelindung pantai berupa revetment. Revetment sendiri membentang sepanjang 2.449 meter. Keberadaannya, berfungsi sebagai penghalang untuk menahan abrasi dan menjaga stabilitas pantai.
Selain itu, terdapat juga satu jenis bangunan pelindung pantai yang menggunakan *jetty*, yang memiliki panjang 2,12 meter. Jetty berfungsi untuk mengendalikan aliran air serta mencegah sedimentasi di area pelabuhan atau sungai yang bermuara ke laut.
Di samping bangunan fisik buatan manusia. Kabupaten Situbondo juga mengandalkan bangunan pelindung alami, yaitu hutan bakau atau mangrove.
Jumlahnya ternyata paling tinggi. Hutan mangrove yang berfungsi sebagai benteng alami memiliki panjang sekitar 3.170 meter.
Keberadaannya, tidak hanya berperan penting dalam melindungi pantai dari abrasi dan erosi, tetapi juga menyediakan habitat bagi berbagai jenis satwa laut. Bahkan juga dipandang dapat membantu menjaga kualitas air di ekosistem pesisir. (*)