Frensia.id – Manusia dengan paru-paru besi ini beranama Paul Alexander. Pria kelahiran Dallas, Texas, Amerika Serikat.
Paul mengenakan paru-paru besi tersebut sejak 1952 usai dinyatakan terserang wabah polio.
Usia Paul Alexander kala itu masih enam tahun. 18 bulan lamanya ia terkapar di Rumah Sakit Parkland dengan paru-paru besinya.
Menjelang natal 1953, Paul Alexander diberi izin untuk pulang dan melanjutkan hidup di rumahnya.
Setelah beberapa bulan di rumah, ibu paul kemudian ingin puteranya melanjutkan pendidikan.
Keterbatasannya tidak membatasi semangatnya, tiap hari Paul diajari membaca oleh ibunya.
Perjuangan pendidikan
Menjelang kelas satu sekolah dasar, Paul kembali jatuh bersamaan dengan musim panas thun itu, ia kembali gagal mendapatkan kesempatan untuk sekolah.
Maklum, pada tahun itu memang tidak banyak sekolah yang terbuka terhadap penyandang disabilitas.
Tahun 1959, Paul yang sudah berusia 13 tahun ini pun diizinkan untuk berpartisipasi dalam program khusus anak-anak disabilitas.
Paul lulus SMA pada tahun 1967, saat ia berusia 21 tahun. Lalu mendaftarkan diri ke Southern Methodist University di kampung rumahnya, namun lagi-lagi ia ditolak karena kekurangannya.
Namun, dengan dorongan banyak pihak, akhirnya pihak univeritas menerimanya dengan pertimbangan bahwa Paul adalah siswa dengan nilai terbaik meskipun disabilitas.
Paul menjalani kuliahnya dengan pengasuh yang mendampingi setiap kegiatannya di samping kursi roda.
Masa kuliah tersebut membuat paul jatuh hati pada seorang wanita bernama Clarie.
Setelah bertunangan dengan Clarie, Paul kemudian dipindahnkan ke Univeritas Texas di Austin. Inilah masanya banyak menjalani kehidupan mandiri karena jauh dari rumah.
Tahun 1978 Paul lulus dan melanjutkan studinya untuk mengejar pascasarjana hukum.
Paul berhasil menyelesaikan studi pascasarjananya pada 1984. Setelahnya ia mengajar sebagai guru di sekolah perdagangan.
Perjalanan kehidupan dan karya Paul
Tepat pada Mei 1986, Paul yang sudah berusia 40 tahun tersebut dinyatakan lulus ujian pengacara. Ia memutuskan kembali ke Dallas dan memulai karir barunya sebagai pengacara di sana.
Paul menyewa sebuah apartemen dan memasang iklan untuk lowongan pengasuhnya pada surat kabar lokal.
Sosok wanita bernama Kathy Gaines kemudian menghubungi Paul. Mereke berdua pun saling cocok.
Kathy mulai mengatur hari kerja Paul, menjadwalkan hari pertemuan, menyiapkan makanan, dan tentunya banyak mempelajari paru-paru besinya.
Dengan dorongan Kathy, Paul tertarik untuk menuliskan memora degan tongkat plastik dan pena di ujungnya sebagai alat untuk mengetik pada komputer.
Sejak kecil memang Paul memang biasa menggunakan alat ini untuk berkomunikasi dan kadang melukis.
Buku Paul akhirnya terbit, karya hebat ini berjudul “Three Minutes for a Dog: My Life in an Iron Lung”, diterbitkan pada bulan April 2020.
11 Maret 2024, setelah mesin dan kondisi fisiknya mulai rapuh, Paul dinyatakan meninggal dunia dengan penuh senyuman. (*)