Frensia.id- Skema murur yang disusun Kementerian agama Republik Indondonisia (Kemenag RI), akhir-akhir ini ramai diperbincangkan di banyak media. Kebijakan tersebut tampak diapresiasi oleh Prof. Hepni, Rektor Universitas Islam Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember saat acara wisuda, 20/06/2024.
Dalam acara wisuda sarjana S1 LVIX dan Pascasarjana XLI UIN KHAS Jember, Prof Hefni, menyarankan agar para wisudawan dapat benar-benar menunjukkan kompetensi di masyarakat. Baginya, harus ada perubahan dari sebelum dan sesudah jadi sarjana.
“Tentu perubahan yang diharapkan adalag perubahan esensial, perubahan substantif, bukan sekedar perubuhan casing”, ujarnya.
Perubahan esensial yang dimaksudnya, adalah pera sarjana harus dapat menjawab masalah-masalah masyarakat. Bahkan juga diharapkan telah dapat memimpin sekaligus menjadi pemimpin.
Selain itu, ia juga mendorong para wisudawan bangga menjadi lulusan lembaga pendidikan tinggi Kemenag RI.
“Yang terakhir, mari kita bangga, menjadi lulusan, menjadi alumni, di bawah Kementerian Agama Republik Indonesia”, ucapnya.
Prof Hepni melihat Kemenag RI saat ini selalu membuat terobosan demi agama dan kemanusiaan. Beberapa diatara yang perlu diapresiasi adalah suksesnya pelaksanaan haji tahun ini.
“Termasuk misalnya yang paling akhir, adalah pelaksanaan ibadah haji. Yang tahun ini dianggap pelaksanaan yang paling sukses dari tahun-tahun sebelumnya”, katanya di depan 300 mahasiswa yang telah diwisuda.
Ia menganggap kebijakan pelaksanaan haji dirumuskan Kemenag telah tepat. Salah satu kebijakan dianggapnya cerdik adalah skema murur di Muzdhalifah.
“Itu adalah tindakan cerdas untuk penyelamatan kemanusiaan. Untuk manfaat yang lebih besar. Dan ini yang harus dibaca dari tindakan yang telah tampak,”, jelasnya.
Seperti diketahui bersama bahwa sebelumnya Kemenag RI merilis bahwa skema haji tahun ini, tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat ini ada skema mabit dengan murur di Muzdhalifah.
Salah satu alasanya adalah menghindari kepadatan yang dapat menimbulkan hal yang memilukan sebagaimana terjadi di tahun sebelumnya. Dengan skema murur, para jema’ah tidak lagi harus bermalam di Muzdhalifah.
Kebijakan demikian yang dianggap Prof Hepni sebagai terobosan cerdik. Ia menyarankan beberapa pihak dapat memandang skema tersebut dari substansi tujuannya.
“Maqosidus syari’ahnya dibaca, spirit of ideanya yang dibaca. Bukan sekedar apa yang tertulis, tapi sesungguhnya makna terdalam di balik yang tertulis itu, yakni kemanfaatan yang besar bagi kemanusiaan,” tuturnya.