Riset Etnomatematika Buktikan Ketupat di Desa Alasmalang Banyuwangi Memuat Konsep Geometri dan Satuan Tidak Baku

Ilustrasi Ketupat dengan konsep Matematika (Sam Ridwan/Frensia.id)

Frensia.id – Sejumlah peneliti asal Univeritas PGRI Banyuwangi telah buktikan bahwa pembuatan ketupat di Desa Alasmalang Banyuwangi memuat konsep geometri, satuan tidak baku, dan beberapa ilmu matematika terapan lainnya.

Ketupat sendiri adalah makanan tradisional khas masyarakat Indonesia, hampir 80% suku di Indonesia melestarikan pembuatan ketupat dalam ritual dan hari perayaan tertentu.

Hal yang menarik dibalik kebudayaan ini salah satunya adalah pembuatan ketupat yang ternyata dilandasi konsep teori matematika.

Bacaan Lainnya

Seperti halnya penelitian Husnul Hotima dan Rachmaniah M. Hariastuti yang bertajuk “Ketupat Desa Alasmalang Banyuwangi: Menggali Matematika dalam Budaya” menyebutkan bahwa ketupat Jawa dan ketupat bawang memuat beberapa konsep matematika.

“…dalam ketupat bawang dan ketupat Jawa termuat konsep hubungan antar garis, sudut, geometri dua dimensi, geometri tiga dimensi, pengubian, volume bangun ruang dalam satuan tidak baku, serta pecahan,” tulis Husnul dan Rachmaniah dalam risetnya.

Dua peneliti tersebut juga beranggapan bahwa riset etnomatematikanya kala itu memang bertujuan untuk mengeksplorasi pembelajaran matematika berbasis budaya.

“Keberadaan konsep-konsep matematika dalam pembuatan ketupat merupakan hal yang menarik untuk diidentifikasi, yang selanjutnnya dapat menjadi dasar dalam pembelajaran matematika kontekstual berbasis budaya,” tulis Husnul dan Rachmaniah.

Secara spesifik penelitian ini juga menjelaskan bahwa ketupat yang dibuat di Desa Alasmalang ini memuat konsep matematika, diantaranya adalah hubungan antar garis (sejajar, berpotongan, dan berimpit), sudut (siku-siku, lancip, dan tumpul), bangun datar (persegi, segiempat tidak beraturan, dan belah ketupat).

Selain itu, beberpa ketupat Jawa juga dibangun atas konsep bangun ruang (prisma segiempat beraturan dan tidak beraturan), pengubian, pecahan (1/2), serta volume bangun ruang dengan satuan tidak baku.

Berbagai mancap eksplorasi kebudayaan, khususnya makan tradisional dan anyaman telah banyak diidentifikasi menggunakan konsep matematika oleh peneliti lain. 

Dalam hal ini termasuk juga pembuatan ketupat  di Desa Alasmalang, yang kebanyakan menggunakan variasi ketupat dengan jenis ketupat tumpeng dan ketupat debleng. Namun masyarakat lokal lebih mengenalnya dengan sebutan ketupat Jawa dan ketupat Bawang. 

Hingga ini, belum banyak penelitian yang membahas tentang ketupat. Secara umum hanya ada 12 bentuk ketupat yang telah ditemukan, yakni ketupat jago, ketupat tumpeng, ketupat sidanglungguh, ketupat sari, ketupat bata, ketupat debleng, ketupat bage, ketupat pandawa, dan ketupat gatep. (*)