Frensia.id – Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menjelaskan bahwa rezim Kiev berencana menggunakan senjata kimia dalam konflik yang sedang berlangsung.
Pernyataan Jubir Kemenlu Rusia yang disampaikan Moskow pada tanggal 7 Oktober 2024 ini membuat tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas.
Zakharova mengeklaim bahwa keberanian Ukraina dalam melancarkan tindakan ini didukung oleh suasana impunitas yang diciptakan oleh negara-negara Barat.
Dalam pernyataannya, Zakharova mengungkapkan bahwa pihaknya mempunyai informasi dapat dipercaya mengenai rencana Ukraina untuk melakukan serangkaian provokasi anti-Rusia.
“Persiapan sedang dilakukan untuk memalsukan bukti guna menuduh Rusia melanggar Konvensi Senjata Kimia (CWC) selama operasi tempur,” ujarnya pada tanggal 07/10/2024.
Zakharova juga mengatakan bahwa selama periode Juli hingga September, NATO telah mengirimkan lebih dari 70 peralatan deteksi dan perekaman bahan kimia beracun canggih ke Ukraina. Menurutnya, alat-alat tersebut termasuk detektor dan analisis gas terbaru.
Lebih jauh, ia menambahkan bahwa pasukan keamanan Ukraina telah dilatih di dalam maupun di luar negeri dalam metode pemalsuan bukti yang pernah digunakan di Suriah, kasus peracunan Skripal, dan dugaan peracunan Alexey Navalny.
Zakharova juga mencatat bahwa NATO, melalui Sekretariat Teknis Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), telah membantu Ukraina dalam membangun kumpulan bukti yang akan digunakan untuk menuduh Rusia melakukan pelanggaran CWC.
Sebagai bagian dari strateginya, Zakharova menyatakan bahwa bukti palsu tersebut kemungkinan akan diserahkan ke ahli internasional untuk membuat laporan independen yang menuduh Moskow menggunakan senjata kimia.
“Motif di balik kampanye ini jelas, tidak ada standar hukum internasional yang akan menghentikan NATO dari mengejar tujuan untuk mencapai kekalahan strategis bagi Rusia, terutama melalui provokasi kimia di bawah bendera palsu”, tegas Zakharova.
Maria Zakharova juga menyoroti keterkaitan Ukraina dengan kelompok teroris Islam dan kelompok ekstremis-nasionalis di Timur Tengah serta Afrika, yang menurutnya menambah risiko terorisme kimia dari pihak Ukraina.
Pernyataan Rusia ini menambah ketegangan dalam hubungan internasional, terutama di tengah konflik yang berkepanjangan.
“Hubungan dekat Ukraina dengan kelompok teroris yang berafiliasi dengan Islam dan kelompok ekstremis-nasionalis di Timur Tengah dan Afrika menggarisbawahi ancaman nyata terorisme kimia yang datang dari dinas khusus Ukraina”, tegasnya.
Rusia memperingatkan Washington dan sekutunya untuk tidak bermain api dan tidak merusak kerangka kerja CWC yang telah ditetapkan pada tahun 1997.
“Kami memperingatkan Washington dan sekutunya agar tidak bermain api, agar tidak merusak kerangka kerja CWC yang ditetapkan pada tahun 1997,” tambah Jubir Kemenlu Rusia.