Frensia.id- Santri susah tidur? Banyak faktor yang menyebabkannya. Ada dugaan bisa kerena merokok, stress belajar dan juga kurang gizi.
Hal demikian yang diteliti oleh Wulan Khoirul Rohmah. Ia berasal dari Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Penelitiannya telah terbit. Dipublikasi dalam Higiea pada tahun 2020 lalu.
Menurutnya, tidur adalah kebutuhan dasar yang vital bagi setiap individu, termasuk bagi para santri di Pondok Pesantren. Sayangnya, sebuah penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa 9 dari 10 mahasiswa di pondok ini mengalami kualitas tidur yang rendah.
Hal ini memicu pertanyaan tentang apa yang sebenarnya mempengaruhi kualitas tidur para santri dan bagaimana dampaknya terhadap aktivitas keseharian mereka, baik dalam hal belajar, ibadah, maupun kegiatan sosial lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa temuan menarik. Terdapat hubungan signifikan antara beberapa kebiasaan dan kualitas tidur santri.
Misalnya, aktivitas fisik terbukti berpengaruh positif terhadap kualitas tidur. Dengan p-value 0,003, hasil penelitian ini menekankan pentingnya menjaga tubuh tetap aktif untuk memastikan tidur yang lebih berkualitas.
Begitu juga dengan penggunaan media sosial, yang ternyata memiliki dampak besar terhadap kualitas tidur. Hasilnya menunjukkan p-value 0,018 dan PR sebesar 8,273, yang berarti santri yang sering menggunakan media sosial cenderung memiliki kualitas tidur yang lebih rendah.
Media sosial yang digunakan berjam-jam dapat membuat pikiran tetap aktif dan terjaga, sehingga mengganggu waktu istirahat mereka.
Tidak hanya itu, stres akademik juga menjadi faktor risiko utama yang berdampak negatif pada kualitas tidur santri. Dengan p-value 0,003, hasil ini mengungkapkan bahwa tekanan dari tugas kuliah dan kegiatan belajar di pondok turut memperburuk kemampuan santri untuk tidur nyenyak.
Faktor lain yang tak kalah penting adalah kebiasaan konsumsi kopi. Kopi sering dikonsumsi oleh santri untuk membantu mereka tetap terjaga saat belajar atau beraktivitas.
Namun, penelitian ini menunjukkan bahwa kebiasaan tersebut dapat menurunkan kualitas tidur jika dikonsumsi secara berlebihan. Dengan p-value 0,005 dan PR sebesar 0,54, asupan kafein yang tinggi dapat mengganggu pola tidur yang sehat.
Yang lebih mengejutkan lagi, kebiasaan merokok juga memiliki dampak negatif terhadap kualitas tidur santri. P-value 0,001 dengan PR sebesar 0,3 menunjukkan bahwa santri yang merokok lebih cenderung memiliki gangguan tidur.
Nikotin dalam rokok berperan sebagai stimulan yang membuat santri sulit untuk tidur atau tidur dengan nyenyak.
Satu temuan yang menarik dari penelitian ini adalah bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dan kualitas tidur, dengan p-value 0,864.
Ini menunjukkan bahwa meskipun gizi penting untuk kesehatan secara keseluruhan, faktor lain seperti kebiasaan sehari-hari ternyata lebih berpengaruh langsung terhadap kualitas tidur.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang bisa diterapkan oleh santri di Pondok Pesantren untuk meningkatkan kualitas tidur mereka.
Baginya, perlu dibatasi penggunaan media sosial. Santri sebaiknya menggunakan media sosial tidak lebih dari 7 jam sehari agar tidak mengganggu pola tidur.
Juga perlu mengurangi kebiasaan merokok. Berhenti merokok atau setidaknya mengurangi intensitasnya bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.
Begitupun, masalah konsumsi kopi. Disarankan untuk mengonsumsi kopi tidak lebih dari 400 mg kafein per hari agar tidak mengganggu tidur malam.
Setelah itu juga istirahatlah yang cukup. Penting bagi santri untuk mendapatkan tidur yang cukup, sekitar 7-8 jam per malam, demi kesehatan fisik dan mental.