Frensia.id- Bagi orang yang memiliki rutinitas senam aeorebik, tentu khawatir saat memasuki bulan puasa. Pasalnya, asupan fisik menurun dan tentu akan menyebabkan perubahan pada kardiovaskular dan pernapasan.
Benarkah demikian? Sebenarnya telah ada penelitian yang mengkaji kasus ini. Salah satunya sebagaimana dibahas oleh dua paker asal Eropa, yakni, Ramadhan JM dan Barac-Nieto M.
Penelitiannya berjudul, “Cardio-respiratory responses to moderately heavy aerobic exercise during the Ramadan fasts”. Sebenarnya telah terbit pada tahun 2000.
Penelitiannya dilakukan untuk menilai sejauh mana perubahan pada sistem kardiovaskular dan pernapasan terjadi selama bulan Ramadhan sebagai respons terhadap latihan fisik aerobik yang intens. Hal ini penting untuk memahami bagaimana puasa selama bulan Ramadhan mempengaruhi para atlet aerobik.
Tujuan utama adalah memberikan rekomendasi penting bagi individu yang berpuasa untuk menjaga kesehatan kardiovaskular dan pernapasan mereka selama bulan Ramadhan, serta memastikan bahwa aktivitas aerobik dilakukan sesuai dengan kondisi tubuh yang berpuasa.
Mereka meneliti 18 pria dewasa asal Kuwait dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah saat diuji dalam kondisi lingkungan yang stabil selama bulan Ramadhan. Pada saat itu dijelaskan suhu umumnya, netral seperti pada musim semi. Selain juga diuji selama satu bulan setelah bulan Ramadhan berakhir.
Setelah melakukan analisis yang mendalam, mereka menemukan bahwa ada perubahan hormonal yang berhubungan dengan dehidrasi atau puasa, konsumsi zat dengan sifat inotropi negatif.
Bahkan juga ditemukan ada perubahan dalam ritme sirkadian selama bulan Ramadhan. Hal demikian terjadi karena perubahan ringan dalam respons kardiorespirasi terhadap latihan fisik.
Namun, seluruh perubuhan terjadi tidak secara negatif mempengaruhi kinerja fisik aerobik dengan intensitas sedang dan dalam kondisi termal yang netral selama bulan puasa.
Jadi, hal yang harus diperhatikan bagi para pencinta aerobik saat bulan puasa adalah tingkat dehidrasi dan intensitas latihannya. Dehidrasi harus diukur dan intenistasnya aeorebik maksimal tingkat sedang.
Adapun terkait dengan penurunan ventilasi selama melakukan aeorobik, hal ini diprediksi, sebagai indikasi terbatasnya kapasitas glikolitik. Yang demikian umumnya terjadi di akhir bulan puasa.
“Reduced ventilation during exercise may reflect a limited glycolytic capacity by the end of Ramadan”, tulis keduanya, diakhir kesimpulan dalam penelitian telah terbit dalam EUROPE PMC.