Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 April 2025 - 07:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Kita baru saja meninggalkan sebuah bulan yang, dalam sejarah manusia modern, barangkali satu-satunya momen di mana masjid lebih ramai dari pusat perbelanjaan. Di bulan itu, yang bernama Ramadhan, manusia merasa seperti pulang. Pulang kepada dirinya, kepada Tuhannya, dan kepada sesama.

Ramadhan telah pergi, tapi pertanyaannya tertinggal di antara sajadah yang mulai tergulung dan mushaf yang kembali disampul rapi: bagaimana kabar ibadah kita setelahnya?

Kita tahu, ada semacam lonjakan spiritual yang luar biasa selama bulan itu. Maghrib menjadi waktu paling dinanti. Suara adzan terasa seperti peluit kemenangan. Tarawih jadi ajang silaturahmi spiritual. Tilawah terasa seperti terapi jiwa. Lalu, tiba-tiba saja semuanya berakhir. Seperti pesta yang bubar sebelum kita benar-benar puas menari.

Maka muncullah pertanyaan klasik tapi terus relevan: bagaimana menjaga semangat ibadah agar tak ikut pergi bersama beduk terakhir Idul Fitri?

Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad, seorang ulama besar, dalam kitabnya Risalatul Mu’awanah, memberikan resep sederhana tapi dalam: ada empat hal yang bisa menjadi tiang penyangga semangat ibadah kita sehari-hari.

Baca Juga :  Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan

Pertama, kesadaran akan keberadaan Allah. Dalam bahasa yang lebih melenial, ini seperti merasa diawasi CCTV Ilahi sepanjang waktu. Tapi bukan CCTV yang menakutkan, melainkan yang memeluk kita dengan kasih sayang. “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya,” sabda Nabi, “dan jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kesadaran ini bukan paranoia. Ini adalah rasa sadar bahwa kita tidak sendiri. Bahwa setiap keputusan—kecil atau besar, terang-terangan atau diam-diam—dilihat dan dinilai oleh Tuhan yang Maha Tahu. Kalau ini tertanam, maka mencuri sendok di warung tegal pun jadi terasa berat.

Kedua, ingatlah malaikat pencatat amal. Raqib dan Atid itu memang tidak viral di media sosial, tapi catatannya lebih permanen dari apa pun. Kalau kita sadar bahwa setiap gerakan tangan, setiap jari yang menekan kata di ponsel, setiap langkah kaki, semua ada dalam rekaman malaikat, barangkali kita akan lebih hati-hati menulis status dan memilih emoji.

Ketiga, sadarlah bahwa hidup ini ada batasnya. Kematian bukan hanya untuk orang sakit. Ia bisa datang tanpa aba-aba, tanpa perlu konfirmasi. Di sinilah ironi manusia muncul: kita menabung seakan hidup selamanya, tapi salat seolah tak ada akhirat. Al-Qur’an tegas: “Jika ajalnya tiba, tidak bisa ditunda sesaat pun.”

Baca Juga :  Sya'ban bulan Sholawat, Memandu Cinta pada Nabi

Dan keempat, ingat janji dan ancaman Tuhan. Janji surga memang menggoda, tapi ancaman neraka juga sebaiknya tak dilupakan. Ibarat orang tua, Allah bukan hanya pemeluk yang lembut, tapi juga pendidik yang tegas. Kalau kita cuma ingat kasih-Nya, kita bisa lengah. Tapi kalau cuma takut murka-Nya, kita bisa cemas tanpa arah. Maka seimbangkanlah.

Empat hal ini bukan doktrin baru. Ini semacam pengingat: bahwa selepas Ramadhan, kita bukan cuma disuruh kembali makan siang, tapi juga mempertahankan ruh bulan suci di bulan-bulan biasa.

Rasulullah pernah bersabda, “Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Jika sama saja, ia merugi. Dan jika lebih buruk, ia celaka.”

Jadi, mari jujur bertanya pada diri kita sendiri: hari ini, kita termasuk yang mana? Pasca ramadhan, bagaimana dan apa kabar ibadah kita ?

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan
Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur
Viral Pedagang Bakso Jember Diringkus Polisi Diduga Gelapkan Uang Arisan 3 M, Begini Kronologinya

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 07:16 WIB

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Kamis, 27 Maret 2025 - 21:23 WIB

Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan

Selasa, 25 Maret 2025 - 15:26 WIB

Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:52 WIB

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

TERBARU

Gambar

Regionalia

Menteri Desa Ajak Ansor Jatim Kolaborasi Membangun Desa

Senin, 14 Apr 2025 - 01:24 WIB

Gambar

Politia

DPR Desak PTPN XII Segera Perbaiki Jalan Rusak di Jember

Jumat, 11 Apr 2025 - 18:46 WIB