Frensia.id- Sosok Sisyphus banyak dibicarakan dalam dikursus pencarian kebenaran. Salah satu yang banyak membahasnya adalah Albert Camus.
Ia menulis buku berjudul, “The Myth of Sisyphus”. Karya yang terbit pada tahun 1955 bukan buku legenda, namun tentang nalar epistemologi pencarian kebenaran.
Secara mitologis, Sisyphus dalam mitologi Yunani, dikenal sebagai raja pertama Ephyra (Korintus) yang terkenal dengan kecerdikannya yang licik dan sering menipu dewa-dewa, termasuk Dewa Kematian dan Zeus sendiri. Tindakan-tindakannya yang menentang para dewa inilah yang membawa bencana baginya, sehingga dia menerima hukuman berat di dunia bawah.
Salah satu kisah paling terkenal tentang kelicikan Sisyphus adalah saat dia berhasil menipu Thanatos, dewa kematian. Zeus, marah dengan kesombongan dan kejahatan Sisyphus, memerintahkan Thanatos untuk menjemputnya dan membawanya ke dunia bawah. Namun, Sisyphus yang cerdik berhasil membelenggu Thanatos, sehingga kematian tidak dapat berlaku di dunia. Orang-orang tidak bisa mati, bahkan ketika terluka parah di medan perang. Zeus, yang marah atas kekacauan ini, mengirim Ares untuk membebaskan Thanatos, dan akhirnya Sisyphus dibawa ke dunia bawah.
Namun, sebelum kematiannya, Sisyphus kembali menunjukkan kecerdasannya. Dia memerintahkan istrinya, Merope, untuk tidak menguburkannya dengan layak. Ketika dia tiba di dunia bawah, dia mengeluh kepada Persephone bahwa dia tidak diperlakukan dengan benar, dan memohon agar diizinkan kembali ke dunia untuk menghukum istrinya. Persephone menyetujui permintaan ini, tetapi begitu kembali ke dunia, Sisyphus menolak untuk kembali ke dunia bawah. Akhirnya, para dewa harus memaksanya kembali.
Karena terus-menerus menipu para dewa dan menghindari kematian, Zeus menghukum Sisyphus dengan tugas yang mustahil. Dia dikutuk untuk mendorong sebuah batu besar ke puncak bukit yang curam, namun setiap kali hampir sampai di puncak, batu itu selalu terguling kembali ke bawah, memaksanya untuk memulai dari awal lagi. Hukuman ini melambangkan penderitaan yang sia-sia dan tiada akhir, dan kisah Sisyphus menjadi simbol dari upaya tanpa henti yang tak pernah membuahkan hasil.
Albert Camus, mengambil ibroh kisah sosok penentang dewa ini untuk merinci gagasan eksistensialisme. Baginya, tindakan manusia sebenarnya memiliki sisi absurditas kehidupan. Usaha hingga pencarian tentang kebenarannya disenadakan dengan tindakan Sisyphus. Semuanya tidak berarti dan tak memiliki makan konkret.