Frensia.id – Sujiwo Tejo kembali bikin publik tertawa sekaligus berpikir lewat obrolan imaginer dengan Presiden Republik Indonesia saat ini, Prabowo Subianto.
Dalam percakapan yang dipublikasi di kanal YouTube Sujiwo Tejo, dua tokoh ini membahas universitas yang, menurut mereka, hanya fokus pada penghidupan tetapi lupa mengajarkan kehidupan.
Percakapan dimulai dengan Prabowo yang tiba-tiba menawari Sujiwo untuk ikut program makan siang gratis. Sujiwo, dengan gaya nyentriknya, ia malah curhat bahwa dirinya tidak pernah betah sekolah, apalagi dengan aturan-aturan formal.
“No, saya nggak pernah betah sekolah seperti Pak Prabowo,” ujar Sujiwo, yang langsung membuat suasana seolah “membakar” suasana imajiner itu.
Prabowo, dengan senyum tipis khasnya, langsung menanggapi. “Tahu dari mana kalau saya orangnya nggak betah sekolah?”
Tanpa ragu, Sujiwo menjawab, “Ya feeling saja, feeling saja.”
Dalam suasana yang semakin santai, Sujiwo mulai masuk ke topik yang lebih filosofis. Ia menilai Prabowo sebagai sosok jenderal yang tak terjebak dalam gelar-gelar akademis.
“Pak Prabowo kan termasuk jenderal yang gak pakai gelar-gelar agar di miksi abrek di depan dan di belakang nama sepanjang Hoa, sepanjang Ngawi sampai Jakarta,” ucapnya, dengan bahasa khas yang penuh hiperbola.
Prabowo, yang dikenal memiliki gelar akademis tetapi jarang memamerkannya, tampak hanya tersenyum kecil. Sujiwo lalu mengutarakan opininya bahwa Prabowo termasuk orang yang percaya universitas hanya mengajari cara mencari duit, tapi tidak mengajarkan cara menjalani hidup.
“Wah, universitas hanya mengajari kita penghidupan, cara nyari duit, tapi nggak mengajari kita kehidupan,” ujar Prabowo, menimpali dengan nada setuju.
Obrolan itu makin dalam ketika Prabowo mengutip pemikiran Sabrang Mowo Damar Panuluh, putra dari budayawan Emha Ainun Najib. Ia menganalogikan universitas sebagai tempat sektoral, semacam ruangan dengan banyak pintu masuk—psikologi, ilmu politik, teknik elektro, dan sebagainya.
“Seperti orang buta yang memegang gajah. Yang pegang ekor gajah menyangka gajah itu tali, yang pegang telinganya menyangka gajah itu daun, yang pegang kakinya menyangka gajah itu seperti tiang di Mahkamah Konstitusi. Tidak holistik,” jelas Prabowo.
Tentu saja, analogi ini membuat Sujiwo semakin semangat. Ia bahkan mengaitkannya dengan miniatur semesta.
“Jadi, Jenderal, kalau semesta itu universe, maka universitas itu cuma miniatur. Seperti Taman Miniatur Indonesia Indah (TMII), itu bukan Indonesia, cuma tiruan Indonesia,” kata Sujiwo, sambil tertawa kecil.
Ia menambahkan dengan merinci analoginya.
“Ada anjungan Sumatera, ada anjungan Jawa, tapi bukan Jawa dan Sumatera yang sebenarnya. Begitulah beda universitas dan universe.”
Obrolan yang penuh analogi liar ini mengundang gelak tawa, namun juga menyentil banyak pihak yang selama ini terlalu bergantung pada gelar akademis tanpa memahami nilai kehidupan.
Akhirnya, percakapan imaginer ini bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga pelajaran.