Tahaluf Siyasi Pasca Pilpres : Pragmatisme Politik Atau Kemaslahatan Bangsa

Jumat, 10 Mei 2024 - 16:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Cita-cita konstitusional sebuah pemerintahan adalah melindungi segenap bangsa, memberikan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan keadilan sosial.

Segala kebijakan serta program pemerintah tidak boleh keluar dari amanah konstitusi tersebut. Tentu tidak mudah dan membutuhkan kerja sama semua pihak.

Disinilah pentingnya tahaluf siyasi atau koalisi politik. Sebuah bentuk kerja sama yang melibatkan berbagai pihak dalam ruang politik menjalankan amanah tersebut.

Begitu juga terjadi pasca pilpres tahun ini, Prabowo-Gibran sedang menggodok kebinet kementerian dengan partai koalisinya. Bahkan menjalin dengan partai yang tidak mengusungnya untuk menjadi bagian koalisi di pemerintahannya.

Namun tahaluf siyasi ini harus dihadapkan dan terjebak pada dua titik simpang yang bersamaan yakni pragmatisme politik dan kemaslahatan bangsa.

Pragmatisme Politik

Koalisi yang dibangun sejumlah parpol dalam menghadapi pilpres tidaklah murni dibangun dari persamaan nilai atau cita-cita perjuangan bangsa. Melainkan juga didasarkan pada kepentingan yang pragmatis. Rumor semacam itu dalam dunia politik sudah menjadi aksioma.

Tidak heran, ketika koalisi yang dibangun menang dilaga Pilpres merekapun meminta jatah kabinet kementerian. Mereka meminta bagian kekuasaan dengan dalih membantu pemerintah supaya menjalankan tugas negara dengan baik karena adanya kesamaan visi yang terbangun sejak membangun koalisi.

Baca Juga :  Post Globalization Militarism: Kajian Interdisipliner tentang Hegemoni Ekonomi, Polarisasi Sosial, dan Tatanan Militerisme Dunia 

Nanum bangunan koalisi seperti itu tidak tertutup kemungkinan akan disibukkan dengan pembagian ‘kue’ kekuasaan daripada karena dorongan melaksanakan tugas negara itu sendiri.

Narasi semacam itu dapat dijumpai dari analisa pakar atau diberbagai riset seperti Miftah F.H dalam risetnya Jejak Pragmatisme Dalam Politik di Indonesia (Era 2009-2017).

Kesimpulan penelitian tersebut pragmatisme sudah mendarah daging dalam praktik kehidupan politik di Indonesia dan diketahui jejak pragmatis dalam politik di Indonesia sangat massive.

Kemaslahatan Bangsa

Prinsip dalam menjalankan amanah menyangkut kepentingan kebangsaan dan kerakyatan adalah salah satunya didasarkan pada kaedah segala kebijakan pemimpin tehadap rakyatnya harus memberikan kemaslahatan. Bukan sebaliknya berdasarkan pragmatisme politik dan kepetingan kekuasaan yang tidak mencerminkan nilai moral dan kebutuhan bangsa.

Prinsip ini berdasarkan kaidah tashorruful imam ala ra’iyah manuhun bil mashlahah, sebuah kaidah yang menjadi prinsip setiap pemimpin. Syaikhul Islam Ali dalam Kaidah Fiqh Politik menyebutkan tiga elemen tujuan dasar pembentukan negara yaitu Keadilan, kesejahteraan dan kemaslahatan warganya.

Baca Juga :  Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember

Kaitan dengan ini, Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengingatkan ada yang lebih penting dari politik yakni kemanusiaan. Itulah tujuan luhur politik, itu tidak mungkin dicapai jika masih menempatkan kekuasaan diatas segala kepentingan kemanusiaan.

Konteks saat Ini

Sebagaimana ramai dalam pemberitaan saat ini partai-partai sedang menyiapkan kadernya untuk kabinet Prabowo-Gibran.

Tidak hanya itu, dalam pemberitaan Tempo.co kursi kabinet prabowo menjadi rebutan para politikus dari partai politik pendukungnya.

Jika itu terjadi secara akut maka kepentingan dan kemaslahatan bangsa tidak akan tersentuh. Mereka akan terjebak pada pragmatisme politik dan mengesampingkan kepentingan rakyatnya.

Bangunan koalisi seperti itu disanksikan akan sulit membangun pemerintahan yang kuat dan efektif. Koalisi politik semacam ini tetap akan disibukkan dengan pembagian kekuasaan yang kental dengan sikap pragmatis ketimbang memikirkan program kerja.

Sejatinya koalisi atau kerjasama politik itu didasarkan pada kesamaan idealisme tujuan luhur politik. (*)

*MOH.WASIK (Anggota LKBHI UIN KHAS Jember)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama
Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember
Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri
Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles
Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti
Banyak Jalan Rusak di Kabupaten Jember, Bupati Fawait akan Lakukan Perbaikan Jalan Mulai Minggu Ini
Mengesankan! Pemprov Jatim Jadi Pelopor Kuliah Gratis, Telah Diikuti Ribuan Mahasiswa
DPR RI Dengar Aspirasi Jurnalis, Gus Khozin Soroti Pemerintahan Daerah hingga Reforma Agraria

Baca Lainnya

Selasa, 22 April 2025 - 11:01 WIB

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama

Senin, 21 April 2025 - 16:30 WIB

Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri

Minggu, 20 April 2025 - 14:33 WIB

Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles

Minggu, 20 April 2025 - 13:58 WIB

Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti

Senin, 14 April 2025 - 23:05 WIB

Banyak Jalan Rusak di Kabupaten Jember, Bupati Fawait akan Lakukan Perbaikan Jalan Mulai Minggu Ini

TERBARU

Kolomiah

Kartini, Lentera Kaum Kecil

Selasa, 22 Apr 2025 - 19:01 WIB

Educatia

Kartini, Lentera Pendidikan Perempuan

Selasa, 22 Apr 2025 - 12:47 WIB