Tanpa TAP MPR Nomor II Tahun 2001 Dicabut, Gus Dur Tetap Harum

Senin, 30 September 2024 - 15:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Langkah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut TAP MPR II/2001 yang memberhentikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai presiden pada tahun 2001 menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Banyak yang melihatnya sebagai upaya untuk meluruskan jalannya sejarah, memulihkan nama baik Gus Dur secara formal.

Lalu, apakah tanpa adanya pencabutan Tap MPR tersebut Gus Dur akan dikenang buruk ? Jelas tidak. Adalah hal yang tidak bisa dibantah bahwa nama Gus Dur tetap harum di hati rakyat Indonesia – tapa ada legitimasi negara.

Apa Pasal ? Sebab semua yang tuduhkan Gus Dur seperti tuduhan Panitia Khusus (Pansus) DPR terkait dugaan penggunaan dana yayasan Dana Kesejahteraan Sebesar 4 juta dollar AS. Selain itu, Gus Dur dituding menggunakan dana bantuan Sultan Brunei Darussalam sebesar 2 juta dollar AS. Pada akhirnya tuduhan tersebut tidak terbukti secara hukum.

Lantas, apa yang membuat Gus Dur perlu dipulihkan?

Dalam acara silaturahmi kebangsaan bersama MPR RI di Senayan, Jakarta pada 29 Agustus 2024, Sinta Nuriyah, istri Gus Dur, dengan tegas menepis berbagai tuduhan yang pernah ditujukan kepada suaminya. Ia menekankan bahwa tuduhan korupsi yang dilayangkan tidak pernah terbukti, dan hal tersebut merupakan salah satu pengalaman paling menyakitkan bagi keluarganya.

“Bagi kami, tuduhan yang paling menyakitkan adalah seolah Gus Dur melakukan tindakan Korupsi.” Katanya.

Pernyataan tersebut bukan hanya membantah tudingan tak berdasar yang diarahkan kepada Gus Dur, tetapi juga menegaskan kembali integritas dan kesederhanaan sosoknya. Sinta Nuriyah seolah mengingatkan bangsa ini bahwa Gus Dur adalah pemimpin yang jauh dari praktik korupsi dan selalu menjunjung nilai-nilai kejujuran.

Baca Juga :  Negara atau Rentenir? STNK Mati, Motor Ikut Pergi

Bangsa ini sudah cukup paham bagaimana tipe kepemimpinan Gus Dur, ia bukanlah pemimpin yang menumpuk kekayaan pribadi selama menjabat. Integritas dan kesederhanaan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari karakternya.

Jangankan bagi mereka yang menututi atau pernah berinteraksi langsung dengannya. Orang yang membaca biografinya saja, terpukau dengan keberanian dan kesederhanaannya.

Gus Mus misalnya, dengan gaya humornya pernah berujar, untuk kecerdasannya tidak kalah jauh dengan Gus Dur. Namun, yang membedakan dirinya dengan Gus Dur adalah soal keberanian, yang seolah tak mengenal batas.

Gus Dur adalah simbol keberanian moral dan kebenaran, ia tak terperangah dengan godaan harta, apalagi sampai korupsi. Buktinya, hingga akhir hayat, Gus Dur tidak meninggalkan jejak kemewahan. Hanya warisan moral yang terus bergaung dalam setiap derap langkah demokrasi di tanah air ini.

Maka, sebenarnya tanpa pencabutan Tap MPR II / 2001 pun, Gus Dur sudah lebih dari sekadar “dicabut” atau “dihapuskan” dari tuduhan-tuduhan tak berdasar tersebut. Jauh sebelum TAP MPR tersebut dicabut, Gus Dur sudah terkenang harum, nama baiknya telah terukir kuat dalam ingatan bangsa ini.

Gus Dur telah menjadi teladan dalam membela wong cilik, memperjuangkan pluralisme, dan hak asasi manusia. Keberaniannya menantang status quo menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan keadilan bagi semua golongan.

Apakah pencabutan Tap MPR II/2001 dianggap tidak penting? Justru sebaliknya, hal ini sangat penting, dan Fraksi PKB patut diapresiasi atas inisiatifnya dalam mengupayakan pencabutan Tap MPR tersebut.

Pencabutan Tap MPR tersebut penting secara simbolik dan politis. Selain itu, dalam tataran hukum dapat memberikan penekanan secara resmi tidak bersalah dan pengakuan formal terhadap jasa-jasanya.

Baca Juga :  Koruptor, Musuh Agama dan Kemanusiaan

Sejarah boleh saja mencatat masa-masa kelam ketika Gus Dur dipermainkan oleh pihak yang memiliki kepentingan tertentu, namun ingatan publik terhadap Gus Dur sebagai sosok yang bersih tidak akan hilang. Apakah MPR RI mau merespon atau tidak permintaan Fraksi PKB untuk mencabut TAP MPR RI II/2001, di mata rakyat, Gus Dur tetaplah sosok yang harum.

Artinya, pencabutan TAP MPR RI II/2001 bukanlah “penyelamat tunggal” atas pulihnya nama baik Gus Dur. Nama kebesarannya sudah lebih dulu tertanam di hati bangsa ini, khususnya bagi “umatnya”.

Terkecuali bagi mereka yang masih memiliki ‘dendam politik’  bagi Gus Dur– mungkin masih ada–, akan sulit menerima kenyataan ini. Jangan hanya satu, berjibun TAP MPR dicabut, tidak ada pengaruhnya sedikitpun.

Namun, sejarah telah menunjukkan bahwa kejujuran dan keberanian Gus Dur jauh melampaui segala prasangka politik yang dangkal. Nilai-nilai yang ia junjung tinggi tetap bertahan, meski dihadapkan pada berbagai tudingan dan kontroversi.

Oleh karena itu, tanpa Tap MPR RI II/2001 dicabut, Gus Dur akan terus dikenang bebagai teladan bangsa yang jujur, adil dan berani. Terlebih MPR RI mencabut Tap tersebut, nama baiknya tidak hanya terpatri diingatan dan hati rakyat yang selalu setia meski beliau tiada, melainkan tertulis indah dalam dokumen resmi negara. Gus Dur telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa ini, bahwa kejujuran dan keberanian akan selalu bertahan dalam ujian waktu.*

*Moh. Wasik (Santri Dar Al Falasifah Institute)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Meluruskan Makna Kemanusiaan
Koruptor, Musuh Agama dan Kemanusiaan
Lebaran: Subjek Bebas yang Memaafkan
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Karpet Merah untuk TNI, Kuburan bagi Reformasi
Post Globalization Militarism: Kajian Interdisipliner tentang Hegemoni Ekonomi, Polarisasi Sosial, dan Tatanan Militerisme Dunia 
Negara atau Rentenir? STNK Mati, Motor Ikut Pergi
Evaluasi Flyer Pemerintah di Website Media: Menimbang Maslahat dan Mafsadat dalam Komunikasi Publik

Baca Lainnya

Jumat, 18 April 2025 - 06:34 WIB

Meluruskan Makna Kemanusiaan

Rabu, 16 April 2025 - 06:32 WIB

Koruptor, Musuh Agama dan Kemanusiaan

Rabu, 2 April 2025 - 13:20 WIB

Lebaran: Subjek Bebas yang Memaafkan

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Jumat, 21 Maret 2025 - 23:34 WIB

Karpet Merah untuk TNI, Kuburan bagi Reformasi

TERBARU

Opinia

Meluruskan Makna Kemanusiaan

Jumat, 18 Apr 2025 - 06:34 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid: Part II

Kamis, 17 Apr 2025 - 12:29 WIB