Telah Diriset! Ternyata Sinetron Tukang Bubur Naik Haji Masuk Akal

Selasa, 21 Mei 2024 - 20:14 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Official Poster Tukang Bubur Naik Haji (Sumber: sinemart.com)

Official Poster Tukang Bubur Naik Haji (Sumber: sinemart.com)

Frensia.id – Tukang Bubur Naik Haji merupakan sebuah serial televisi yang mengisahkan perjuangan Sulam (Mat Solar) yang hanya penjual bubur ayam untuk bisa naik haji.

Sinetron yang ditayangkan oleh salah satu televisi swasta sejak 28 Mei 2012 tersebut nampaknya ingin menegaskan bahwa seorang muslim untuk bisa menunaikan rukun Islam kelima itu tidak hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan lebih secara finansial.

Hal serupa juga sering dan akan terus ditemui saat musim haji tiba. Seperti tukang parkir yang hanya dengan mengumpulkan uang receh setiap harinya dapat menabung untuk melaksanakan ibadah ke tanah suci, dan cerita-cerita profesi dengan penghasilan rendah lainnya.

Namun, sering juga ditemui seseorang dengan kondisi finansial sangat mampu tidak memiliki kesempatan untuk menunaikan ibadah yang dalam Al-Quran disebutkan hanya dapat ditunaikan oleh seseorang yang mampu itu.

Oleh karena itu, Asyhad Abdillah Rosyid dalam penelitiannya dengan judul, “Haji Membuktikan Kebenaran al-Quran (Analisis Tafsir Ayat 27 Surat al-Hajj)” menyebutkan bahwa Haji merupakan ibadah yang Allah memiliki peran di dalamnya, serta segala yang berhubungan dengan haji memang termuat hal-hal yang kurang masuk akal namun akan masuk akal pada akhirnya.

Baca Juga :  Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Al-Tsiqoh: Islamic Economy and Da’wa Journal, Vol. 1., tahun 2016 tersebut Rosyid juga menyebutkan kurang masuk akalnya seputar haji telah dimulai sejak awal pensyariatannya.

Sebagaimana dibadikan dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 27 yang berbunyi:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ

Artinya: (Wahai Ibrahim, serulah manusia untuk (mengerjakan) haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

Dalam kajiannya dari berbagai tafsir, mayoritas ulama berpendapat khitab “(lawan bicara)” pada ayat tersebut adalah Nabi Ibrahim AS, serta sedikit yang berpendapat Nabi Muhammad SAW

Lebih lanjut, diceritakan bahwa Nabi Ibrahim AS merespon perintah tersebut dengan ragu, bagaimana mungkin suara Nabi Ibrahim bisa sampai ke telinga manusia seluruhnya? Sementara dunia waktu itu masih sepi.

Baca Juga :  Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail

Setelah mendapatkan penegasan dari Allah SWT bahwa perkara tersampaikannya merupakan urusan Allah SWT, akhirnya Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Adzdzin dengan penuh keyakinan dengan mendaki bukit Abi Qubais.

Konon, semua manusia dapat mendengar seruan Nabi Ibrahim, baik yang sudah terlahir maupun yang akan terlahir atau yang masih berada dalam alam dharr. Namun hanya sebagian yang menjawabnya.

Jawaban yang dimaksud ialah kalimat talbiyah (Labbaikallahumma Labbaik), sehingga disebutkan seseorang yang bisa berangkat haji ialah mereka yang waktu itu menjawab seruan dari Nabi Ibrahim. Bahkan, jika ada yang menjawab lebih dari sekali, maka kelak akan ditakdirkan dapat menunaikan ibadah lebih dari sekali.

Sehingga jika ada tukang bubur naik haji, tukang parkir naik haji, kuli bangunan naik haji, dan orang-orang yang dipandang tidak memiliki kelebihan finansial tapi dapat menunaikan ibadah haji, barangkali dikarenakan mereka menjawab seruan Nabi Ibrahim sebagaimana dalam riset yang diterbitkan oleh Institut Kyai Haji Abdul Chalim Mojokerto tersebut.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara
Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad
Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji
Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember
Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid
Panduan Membaca Karya Albert Camus
Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya
SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

Baca Lainnya

Kamis, 26 Juni 2025 - 19:47 WIB

Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara

Kamis, 26 Juni 2025 - 14:44 WIB

Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad

Rabu, 25 Juni 2025 - 14:12 WIB

Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji

Senin, 16 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

Sabtu, 14 Juni 2025 - 22:29 WIB

Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid

TERBARU

wadul Guse (Sumber: Instagram Wadul Guse)

Kolomiah

Wadul Guse dan Paradoksnya

Jumat, 4 Jul 2025 - 08:05 WIB