The Jakmania Berhak Sombong di Pilgub Jakarta, Peneliti Ungkap Pengaruh Supporter Sepak Bola pada Hasil Pilkada

The Jakmania
Ketua The Jakmania Ungkap Berhak Sombong di Pilkada Jakarta 2024 (Sumber: Tangkapan Layar Instagram @infokomjakmania)

Frensia.id – The Jakmania alias pendukung klub sepak bola asal Jakarta, Persija kini menjadi salah satu perhatian pasangan calon gubernur pada Pilkada 2024.

Bahkan, Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno mengungkapkan, The Jakmania berhak sombong jelang Pilkada Jakarta 2024, karena pihaknya saat ini yang paling dicari.

Lantas, bagaimana pengaruh supporter sepakbola terhadap pemenangan pemilihan kepala daerah?

Bacaan Lainnya

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelompok supporter sepakbola dapat berperan signifikan dalam mendukung kandidat politik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penelitian oleh Dany Bachtiar, menunjukkan bahwa suporter Persatuan Sepakbola Galuh Ciamis (PSGC) berkontribusi dalam pemenangan pasangan Herdiat-Yana di Pilkada Ciamis 2018.

Dalam penelitian berjudul, “Peranan Suporter Persatuan Sepakbola Galuh Ciamis (PSGC) Dalam Pemenangan Herdiat-Yana Di Pilkada Ciamis Tahun 2018” itu disebutkan bahwa supporter klub sepakbola sebagai bagian dari civil society yang dapat terlibat dalam strategi marketing politik dengan melakukan kampanye dan mobilisasi suara.

Mereka memiliki kedekatan dengan kandidat, terutama karena Herdiat Sunarya adalah manajer klub PSGC, yang mendorong dukungan dari suporter untuk memenangkan pemilihan.

Selanjutnya, Penelitian yang dilakukan Nihayatus Saadah, dengan judul, “Sepakbola dan Politik Studi Keterlibatan La Mania dalam Pemenangan Kandidat Pemilukada Lamongan 2010” yang menyimpulkan bahwa LA Mania, suporter Persela Lamongan menjadi “mesin politik” yang berperan dalam pemilukada 2010. LA Mania memiliki pengaruh yang besar karena jumlah anggotanya yang banyak dan tersebar di seluruh desa.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa LA Mania tidak hanya berfungsi sebagai pendukung tim sepakbola, tetapi juga sebagai alat untuk memperkuat hegemoni politik lokal, mendukung kandidat yang sejalan dengan rezim yang berkuasa saat itu, yakni Bupati Masfuk dan Fadeli.

Dari dua penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suporter sepakbola memiliki potensi besar dalam mempengaruhi hasil Pilkada. Mereka tidak hanya berperan sebagai pendukung tim, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang dapat dimanfaatkan dalam konteks politik.

Keterlibatan suporter dalam kampanye politik sering kali didorong oleh kedekatan emosional dengan kandidat, serta keinginan untuk memajukan klub yang mereka dukung.

Dengan demikian, suporter sepakbola dapat menjadi aktor penting dalam dinamika politik lokal, berkontribusi tidak hanya dalam hal suara, tetapi juga dalam membangun citra dan reputasi kandidat di mata publik.