Frensia.id- Malam di Etihad berpendar terang. Ribuan pasang mata memancarkan harapan, tapi tak ada yang tahu bahwa drama sesungguhnya baru akan dimulai di menit-menit akhir.
Manchester City memulai laga dengan kepercayaan diri penuh. Sang predator Erling Haaland hanya butuh 19 menit untuk menggetarkan jala Real Madrid.
Berkat umpan cerdik Grealish dan Gvardiol, Haaland seperti serigala yang diberi daging segar—tanpa ragu, ia menyarangkan bola ke sudut gawang. Sorak-sorai memenuhi stadion, sementara Madrid menelan pil pahit.
Babak pertama ditutup dengan keunggulan City. Statistik pun berpihak pada mereka. Tapi sepak bola tak sekadar angka—ia adalah soal nyali, strategi, dan sedikit keberuntungan.
Memasuki babak kedua, Madrid mulai meracik serangan. Dani Ceballos, sang gelandang yang jarang jadi pusat perhatian, justru menjadi dalang kebangkitan.
Di menit ke-60, umpannya yang tampak biasa saja ternyata menemukan Mbappé di kotak penalti. Tembakan first-time sang bintang Prancis memang tak sempurna, tapi cukup untuk mengecoh Ederson. Gawang City terkoyak. 1-1.
Etihad bergemuruh lagi di menit ke-80. Foden, yang sepanjang laga jadi duri dalam pertahanan Madrid, dijatuhkan di kotak penalti. Wasit menunjuk titik putih. Haaland, yang tak pernah ragu dalam momen besar, dengan tenang mengecoh Courtois dan membawa City kembali unggul. 2-1.
Laga tampak akan berakhir dengan kemenangan tuan rumah. Namun, sepak bola adalah olahraga penuh kejutan.
Ketika waktu tersisa kurang dari lima menit, Ederson melakukan blunder fatal. Ia salah mengoper bola, memberikannya langsung ke Bellingham.
Vinicius mencoba menuntaskan peluang, tapi tendangannya dimentahkan sang kiper. Bola liar jatuh ke kaki Brahim Diaz—tanpa pikir panjang, sang mantan pemain City menghukum tim lamanya. 2-2!
Stadion seketika membisu. Tapi Real Madrid belum selesai.
Di menit 92, Vinicius berlari seperti angin, melewati Lewis, dan mengangkat bola melewati Ederson.
Bola tampak akan melebar, tapi di sana ada Jude Bellingham. Dengan ketenangan seorang maestro, ia menyodorkan bola ke gawang kosong. 3-2 untuk Madrid!
Suasana berubah mencekam bagi City. Para pemain Madrid merayakan di sudut lapangan, sementara Guardiola menatap kosong.
Seakan baru sadar bahwa Real Madrid memang spesialis keajaiban di Liga Champions.
Peluit panjang berbunyi. Madrid merayakan kemenangan yang hampir mustahil.
City tertunduk lesu. Leg kedua di Madrid bakal jadi pertarungan hidup dan mati.
Tapi satu hal pasti: Jangan pernah berhenti menonton Real Madrid sampai peluit akhir berbunyi.