Frensia.id – UIN KHAS atau Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember menggelar Temu Alumni Akbar, Sarasehan dan Pelantikan Ikatan Alumni, pada Jumat (13/12).
Sebelum berkumpul secara serentak di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) UIN KHAS Jember, temu alumni dilaksanakan terlebih dulu di masing-masing fakultas.
Dekan Fakultas Syariah, Dr. Wildani Hefni, M.A., dalam memberikan sambutan pada temu alumni tingkat fakultas menyampaikan bahwa sejatinya kampus membutuhkan kritik konstruktif dari berbagai elemen, termasuk dari alumni.
“Alumni memiliki peran penting untuk memberikan masukan konstruktif dan membangun kepada almamater,” lanjutnya.
Wildan menegaskan, persepsi orang dalam melihat satu realitas akan berbeda-beda. Umumnya, seseorang dalam memberikan kesimpulan dapat dihinggapi bias kognitif, dengan dua macam penyerta. Yang pertama adalah egocentric hypocrisy, sebuah toxic yang mencerminkan perilaku dan perkataannya justru kontraproduktif.
“Dalam setiap fase kehidupan, penyakit ini akan selalu hinggap yang ditandai kecenderungan untuk terus mengejar kepentingan pribadi. Termasuk dalam menjalankan kepemimpinan, baik itu di kampus, di perkumpulan warga, atau dimanapun,” urai Wildan.
Untuk itu, Wildan menyatakan sebagaimana dalam teori Ladder of Inference yang dikembangkan oleh Peter Senge dan Chris Argyris, dibutuhkan refleksi mendalam atau Reflexive Loop untuk bisa menghindari dari toxic tersebut.
Reflexive loop adalah melakukan refleksi atas proses berpikir dari tangga demi tangga. Refleksi ini akan meminimalisasi bias kognitif yang tidak disadari mengeram dalam diri seseorang.
Melalui proses reflexive loop, seseorang terus-menerus mempertanyakan asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan dirinya dengan mengecek kembali pada realitas.
Dalam dunia kampus misalnya, umpan balik dari alumni sangat dibutuhkan sebagai bagian dari masukan dan kritik.
“Maka, umpan balik dari seluruh stakeholder, sangat kami butuhkan, termasuk feedback dari alumni,” ujarnya.
Sedangkan penyakit kedua adalah egocentric blindness, suatu kondisi di mana individu sulit untuk melihat perspektif orang lain karena fokus pada pandangan dan kepentingan sendiri.
“Kami senantiasa melakukan refleksi. Apakah pekerjaan yang kami jalani sudah benar atau keliru, sudah tepat atau belum, sudah pas atau belum. Untuk memperkaya perspektif, maka diperlukan masukan dan kritik konstruktif, termasuk dari para alumni,” tegasnya.