Frensia.id – Pantai Drini, salah satu permata pesisir di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, tak hanya menawarkan keindahan alam yang memesona, tetapi juga menyimpan sejumlah potensi bahaya yang perlu diwaspadai. Salah satu musibah bahkan baru-baru ini merenggut nyawa seorang siswa dari SMPN 07 Mojokerto, mengingatkan kita semua akan pentingnya kewaspadaan.
Berbagai penelitian, termasuk oleh Y.A. Wibowo dan tim lintas profesi pada tahun 2022, menyoroti kerentanan kawasan pesisir selatan. Studi ini menunjukkan bahwa wilayah seperti Pantai Drini, Kukup, Sepanjang, Ngrawe, dan Krakal memiliki tipologi pesisir yang unik, namun juga penuh risiko. Berikut tujuh potensi musibah yang harus diwaspadai di Pantai Drini:
Gempa Bumi
Pantai Drini berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, zona subduksi aktif yang rawan gempa bumi. Getaran kuat tidak hanya merusak secara langsung tetapi juga bisa memicu bencana lain, seperti tsunami. Mengingat sifatnya yang tidak terduga, gempa bumi dapat membawa dampak psikologis dan material yang besar bagi penduduk dan wisatawan.
Tsunami
Sebagai ancaman terbesar setelah gempa bumi, tsunami memiliki daya rusak yang dahsyat. Sejarah mencatat tsunami di wilayah selatan Jawa pada tahun 1994 dan 2006 yang menelan banyak korban jiwa. Pantai Drini memiliki risiko yang sama, terutama karena lokasinya yang berhadapan langsung dengan zona subduksi aktif di Samudra Hindia.
Gelombang Pasang (Tidal Wave)
Gelombang pasang secara periodik menghantam pesisir selatan, termasuk Pantai Drini. Meskipun tidak sekuat tsunami, gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan dan infrastruktur pesisir. Oleh karena itu, penataan ruang dan perencanaan kawasan wisata harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi risiko kerusakan.
Longsoran Batu (Rockfall)
Pantai Drini memiliki area berbatu yang berpotensi longsor, terutama di wilayah dengan material batu gamping. Retakan yang terus berkembang pada batuan dapat memicu longsoran besar yang berbahaya bagi pengunjung. Kehadiran wisatawan yang semakin banyak membuat risiko ini perlu mendapat perhatian serius.
Perubahan Topografi
Aktivitas manusia, seperti penambangan batu gamping dan pembangunan fasilitas wisata, dapat menyebabkan perubahan topografi di sekitar Pantai Drini. Perubahan ini tidak hanya mengganggu ekosistem, tetapi juga meningkatkan risiko longsor dan gangguan pada sistem drainase alami, yang dapat memengaruhi kualitas sumber daya air.
Perubahan Tata Guna Lahan
Peningkatan fasilitas wisata di kawasan pesisir, seperti pembangunan hotel, restoran, dan toko suvenir, memang membawa manfaat ekonomi. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat merusak ekosistem pantai dan meningkatkan risiko bencana, seperti erosi dan banjir. Regulasi yang ketat diperlukan untuk memastikan pembangunan tidak merusak lingkungan.
Arus Rip (Rip Current)
Arus rip adalah ancaman nyata bagi para perenang. Arus kuat ini dapat menyeret pengunjung yang tidak waspada ke tengah laut dalam hitungan detik. Pantai Drini memiliki potensi terbentuknya arus rip, seperti banyak pantai lain di pesisir selatan. Sayangnya, masih banyak wisatawan yang kurang memahami bahaya ini, sehingga papan peringatan dan pengawasan yang ketat sangat dibutuhkan.
Peristiwa tragis di Pantai Drini menjadi pengingat rip curent sangat bahaya di kawasan wisata. Bahkan baru-baru ini telah memakan 13 pelajar SMPN 7 Mojokerto hanyut di Pantai Drini, Kabupaten Gunungkidul, Selasa (28/1). Sebanyak 9 orang berhasil diselamatkan, 3 meninggal dunia, dan 1 masih hilang.
Penulis : Mashur Imam