Frensia.id- Guna transmisi budaya moderasi, Para akademisi dari UIN KHAS Jember tengah giat mendorong pengembangan pusat informasi dan edukasi digital di lingkungan pesantren. Upaya ini dipusatkan di Pesantren Mambaul Falah yang berlokasi di Dusun Moncek, Desa Wonosuko, Kecamatan Tamanan, Bondowoso.
Terletak sekitar 14 kilometer dari Alun-alun Bondowoso, pesantren ini memiliki keunikan tersendiri dengan perpaduan budaya pendidikan dan syiar agama yang berakar kuat pada tradisi Jawa, meski berada di tengah komunitas dengan tradisi Madura yang kental. Inilah alasan pesantren tersebut dipilih sebagai fokus pengabdian para akademisi.
Rif’an Khumadi, ketua tim pengembangan, menuturkan bahwa pesantren Mambaul Falah memiliki keistimewaan dalam moderasi pendidikan berbasis budaya.
“Pengasuh pesantren telah sukses memadukan pendidikan berbasis agama yang tak terlepas dari nilai luhur Nusantara. Ini adalah kekhasan yang sangat dibutuhkan dalam menyampaikan ajaran agama secara moderat,” jelasnya, saat membuat acara pelatihan, 09/10/2024.
Menurut Rif’an, penting bagi masyarakat luas untuk mengenal keistimewaan ini sehingga Islam dapat terus dikenal sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.
Untuk memperkuat peran media pesantren sebagai instrumen dakwah, tim pengembangan menghadirkan para jurnalis profesional guna melatih para santri dan pengurus pesantren. Mereka dilatih membuat konten digital, seperti berita dan artikel, yang berkualitas.
Dukungan ini melibatkan pihak seperti kru Frensia.id yang membantu membangun kapasitas media digital di lingkungan pesantren.
“Peningkatan keterampilan media digital adalah langkah penting agar keistimewaan budaya dan ajaran agama dapat disampaikan secara efektif ke khalayak luas,” tambah Rif’an.
KH. Kamaluddin, pengasuh Pesantren Mambaul Falah, menyambut baik program pendampingan ini. Ia mengakui bahwa pesantrennya telah mulai mengembangkan media digital beberapa tahun lalu, tetapi masih menemui banyak tantangan.
“Salah satu tantangannya adalah belum memiliki website dan keterampilan menulis yang masih perlu dikembangkan lebih lanjut,” ujar KH. Kamaluddin.
Dalam pandangannya, program ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat syiar agama berbasis budaya lokal.
“Dengan penguatan media digital, minimal masyarakat akan lebih memahami bahwa agama tidak dapat dipisahkan dari budaya luhur masyarakat tempat ia tumbuh dan berkembang,” katanya.
Ke depan, KH. Kamaluddin berharap hasil kolaborasi dengan para akademisi UIN KHAS dapat memberikan berkah dan memperkuat peran moderasi di tengah masyarakat.
Melalui pendekatan ini, diharapkan bahwa pesantren dapat menjadi pusat moderasi yang menyeimbangkan pendidikan agama dan nilai-nilai budaya lokal, menjadikannya relevan dengan kebutuhan zaman serta semakin diterima oleh masyarakat luas.