Frensia.id – Bulan Rajab kembali menyapa, membawa pesan kemuliaan yang menjadi momentum refleksi dan perbaikan diri. Dalam tradisi Islam, bulan ini dikenal sebagai salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT. Pemuliaan terhadap bulan ini bukan sekadar ajakan spiritual, melainkan juga pengingat akan nilai-nilai universal: penghormatan, kedamaian, dan pengendalian diri.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Muliakanlah sesuatu yang dimuliakan oleh Allah, karena keagungan sesuatu terletak pada bagaimana Allah memuliakannya.” (HR Qatadah). Hadis ini memberikan landasan penting: bahwa penghormatan terhadap sesuatu yang dianggap mulia oleh Allah adalah bentuk ibadah tersendiri. Rajab, sebagai bulan Allah, mengajarkan untuk mengagungkan nilai-nilai kebaikan yang berakar pada rahmat dan kasih sayang-Nya.
Dalam literatur klasik, seperti dilansir dari NU.Online Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan dalam Tabyinu al-Ajb bahwa Rajab adalah bulan di mana amal kebaikan dilipatgandakan, doa-doa diijabah, dan kesusahan dihilangkan. Momentum ini menjadi peluang besar yang tidak boleh disia-siakan. Di tengah kesibukan dunia modern yang kerap membuat lalai, Rajab hadir sebagai pengingat akan dimensi spiritual yang sering terlupakan.
Namun, penghormatan terhadap bulan ini tidak semata-mata terletak pada ritualitas belaka. Rajab juga menjadi panggung untuk merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur. Dalam konteks sosial, bulan ini menjadi ajang untuk memperkuat solidaritas dan menebar kasih sayang. Rajab juga mendorong penanaman kebiasaan baik yang memberikan manfaat, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi lingkungan sekitar.
Melipatgandakan amal tidak berarti sekadar memperbanyak ibadah ritual, seperti shalat atau puasa sunnah. Lebih dari itu, Rajab adalah momentum untuk mengasah sensitivitas sosial. Memberi bantuan kepada yang membutuhkan, memaafkan kesalahan orang lain, dan memperjuangkan keadilan adalah bentuk ibadah yang tak kalah mulianya. Amal kebaikan dalam Rajab harus menjadi cerminan dari keberpihakan kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal.
Sebagai bulan haram, Rajab juga mengajarkan untuk menjauhi segala bentuk pelanggaran dan tindakan tercela. Di tengah maraknya konflik, intoleransi, dan ketidakadilan, pesan ini menjadi sangat relevan. Bulan ini mengingatkan pentingnya kedamaian, baik secara individu maupun kolektif. Kedamaian tersebut hanya dapat diraih melalui pengendalian diri dan komitmen pada nilai-nilai kebajikan.
Rajab adalah kesempatan emas yang diberikan oleh Allah SWT untuk mendekatkan diri kepada-Nya sekaligus memperbaiki relasi dengan sesama manusia. Memuliakan bulan ini melalui tindakan nyata bukan hanya memenuhi perintah agama, tetapi juga mencerminkan pengabdian yang tulus. Tindakan tersebut sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam menciptakan struktur masyarakat yang lebih baik.
Rajab adalah bulan transformasi. Bulan ini bukan hanya soal melipatgandakan pahala, tetapi juga memperkuat tekad untuk terus berbuat baik, menjaga harmoni, dan membawa keberkahan bagi diri sendiri serta alam semesta. Momentum ini tidak boleh berlalu tanpa makna.
Sebagai bulan yang dikenal dengan dakian pertama menuju Ramadhan sebagai puncaknya, bulan ini harus dimaknai sebagai awal perjalanan spiritual yang penuh kesungguhan. Ibarat mendaki gunung, langkah pertama menentukan energi dan arah perjalanan. Dakian pertama harus dilalui dengan tekad yang kuat, fokus yang tajam, dan persiapan yang matang, agar puncak Ramadhan dapat diraih dengan penuh keberkahan.*