Frensia.id- Franz Kafka, salah satu sastrawan tersohor abad 20 ini mempunyai sisi kehidupan yang cukup absurd. Dari sekian banyak diantaranya adalah pilihan hidupnya untuk menyukai istri orang, yakni perempuan bernama Milena Jesenska.
Barangkali khalayak umum sudah tidak asing dengan nama Franz Kafka, akan tetapi siapakah Milena Jesenska?
Ia merupakan seorang jurnalis dan penerjemah berkebangsaan Austria, bertemu dengan Kafka sebagai seorang yang hendak menerjemahkan karya-karyanya. Pertemuan mereka berdua terjadi pada tahun 1920 atau empat tahun sebelum kematian Kafka akibat tuberkulosis.
Selanjutnya hubungan romantik yang terjadi antara penulis dan penerjemahnya tersebut dilanjutkan dengan menggunakan surat, sepanjang tahun 1922 sampai 1923.
Mereka hanya bertemua selama dua kali, pertama pada bulan Juni 1920 di Vienna menjalani komunikasi intens dalam waktu empat hari. Selanjutnya, pertemuan kedua pada bulan Agustus 1920, hanya dalam waktu sesaat yaitu di Gmund perbatasan Austria-Ceko.
Komunikasi yang lebih serius dan berkelanjutan secara panjang terjadi lewat surat. Sebagai seorang penulis handal dan piawai dalam mengolah kata, surat-surat yang dikirimkan oleh Kafka, kelak akan dihimpun menjadi sebuah buku yang berjudul “Letters to Milena”.
Jelas sekali, berdasarkan gaya bahasa dari seluruh isi surat Kafka, tampak bahwa novelis tersebut sepertinya telah jatuh hati berat dengan penerjemah karya-karyanya tersebut. Salah satu kutipan dari isi suratnya yang terkenal adalah sebagai berikut:
“Kamu adalah pisau yang aku gunakan untuk menusuk diriku sendiri; itulah cinta. Itu, sayangku, itulah cinta. Aku merindukanmu dengan sangat, tak terhingga, tanpa alasan, mengerikan. Aku lelah, tak bisa memikirkan apa pun dan hanya ingin meletakkan wajahku di pangkuanmu, merasakan tanganmu di kepala dan tetap seperti itu selama-lamanya.”
Akan tetapi sayangnya, Milena sudah menjadi istri orang dan absurdnya Kafka tetap saja mempertahankan rasa sukanya dengan perempuan tersebut.
Hubungan mereka mengalami fluktuasi, penuh gairah ketika saling memahami dalam sebuah pembicaraan dengan sebuah tema yang menarik. Kadang pula juga menjadi dingin dan asing karena jarak dan status dari keduanya.
Pernah suatu ketika Kafka meminta Milena untuk menceraikan suaminya, akan tetapi perempuan itu sepertinya lebih setia dan enggan menuruti permintaan Kafka.
Saat Kafka meninggal pada tahun 1924, ketika usianya 40 tahun, Milena masih hidup sampai 20 tahun kemudian dan meninggal di kamp konsentrasi Nazi.
Dunia sastra tentu berhutang sekali dengan hadirnya sosok Kafka, gaya penulisannya, caranya bercerita dan makna yang diusung memberi inspirasi banyak sastrawan dan penulis. Hal ini menunjukkan kemahirannya dalam mengolah dan menyampaikan kata-kata.
Akan tetapi di akhir hidupnya, akibat obsesinya yang berlebih pada seorang perempuan, sepertinya diisisi lain dari sosok yang mahir bersanding pula kebodohan akibat seorang Milena.