Frensia.id- Buku Monograf: Mengapa Agenda Kebijakan Pemerintah Diabaikan karya Ria Angin dan Adhitya Surya Manggala mengupas tuntas konflik pelik antara PT Imasco Asiatic dan petani di Kecamatan Puger, Jember.
Terbitan Pustaka Abadi tahun 2022 ini menggambarkan bagaimana kekuatan aktor non-pemerintah mampu menggeser dominasi agenda kebijakan pemerintah dalam penyelesaian konflik.
Buku ini mengisahkan bagaimana PT Imasco Asiatic, yang menutup saluran irigasi vital selama bertahun-tahun, menciptakan krisis kekeringan bagi 300 hektar lahan petani. Meskipun perusahaan tersebut membangun saluran baru, aliran airnya tidak efektif menjangkau lahan petani.
Dalam studi ini, penulis memanfaatkan data kualitatif melalui wawancara dan konfirmasi fisik menggunakan teknologi GIS untuk menganalisis situasi. Hasilnya membantah teori John Kingdon yang menyatakan bahwa agenda kebijakan pemerintah memiliki peran sentral dalam mengatasi masalah masyarakat.
Sebaliknya, PT Imasco Asiatic justru mengambil pendekatan berbeda. Mereka menggandeng aktor non-pemerintah, khususnya Ketua Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA), dan menawarkan solusi kompensasi berupa pompa diesel, sumur bor, dan bantuan dana untuk bahan bakar.
Strategi ini terbukti efektif, sementara surat resmi dari pemerintah, termasuk perintah langsung dari Bupati Jember dan DPRD, gagal mendapat perhatian PT Imasco Asiatic.
Buku ini juga mencatat keterlibatan aktor resmi, seperti DPRD Kabupaten Jember dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU BM SDA), yang berusaha menyelesaikan konflik melalui audiensi dan peninjauan lapangan.
Namun, usaha mereka terbentur kekuatan negosiasi PT Imasco Asiatic dengan HIPPA. Pada akhirnya, mayoritas petani menerima kompensasi yang ditawarkan perusahaan, sementara agenda kebijakan pemerintah menjadi tidak relevan.
Dengan menggali fenomena ini, buku ini menyoroti perubahan dinamika kekuasaan. Teori-teori klasik dari Anderson, Lindblom, hingga Kingdon diuji dalam konteks lokal.
Hasilnya menunjukkan bahwa pemerintah, meski memiliki otoritas formal, bisa kehilangan pengaruh dalam menyelesaikan konflik jika tidak mampu menggalang kekuatan masyarakat.
Buku setebal 100 halaman ini menawarkan perspektif baru tentang peran aktor dalam penyelesaian konflik, baik resmi maupun tidak resmi. Penulis mengajak pembaca untuk merefleksikan bagaimana kekuatan negosiasi dan aliansi strategis dapat mengatasi kebuntuan kebijakan formal.
Buku ini bukan sekadar cerita tentang irigasi, tetapi juga potret bagaimana kekuasaan bekerja dalam praktik nyata di masyarakat.