Frensia.id – Diumumkan! 4 personel Polda Jateng diperiksa oleh Divisi Propam Polri menyusul dugaan intimidasi terhadap Band Sukatani.
Kasus ini mencuat setelah video permintaan maaf dua musisi Sukatani viral karena mereka dianggap dipaksa meminta maaf atas lagu “Bayar-bayar” yang berisi kritik tajam terhadap oknum polisi yang dibayar untuk melayani masyarakat.
Permintaan maaf tersebut ternyata tidak diterima dengan baik oleh publik. Justru, banyak warganet yang menilai bahwa permintaan maaf itu dilakukan di bawah tekanan.
Respons negatif semakin membesar setelah lagu “Bayar-bayar” dinyanyikan oleh ribuan demonstran dalam aksi Indonesia Gelap yang berlangsung kemarin, 22/02/2025
Melihat semakin panasnya respons publik, Kepolisian akhirnya memanggil empat personel yang diduga melakukan intimidasi terhadap para musisi Sukatani.
Informasi ini disampaikan oleh akun resmi Divisi Propam Polri melalui media sosial X (dulu dikenal sebagai Twitter) pada Jumat malam, 21 Februari 2025.
Akun @Divpropam di X mengunggah pernyataan yang menjelaskan bahwa empat personel dari Subdit I Ditreskrimsus Polda Jateng sedang diperiksa oleh Subbidpaminal Bidpropam Polda Jateng dan didukung oleh Biropaminal Divpropam Polri.
Dalam cuitan tersebut, Propam Polri juga menegaskan bahwa mereka menjamin perlindungan dan keamanan bagi dua personel Band Sukatani.
“Halo #SahabatPropam, kami ingin memberikan informasi terbaru mengenai Band Sukatani dan lagu ‘Bayar-bayar’ sebagai wujud bahwa Polri tidak anti kritik dan menerima masukan untuk evaluasi,” tulis akun @Divpropam.
Pihak kepolisian juga menegaskan komitmennya untuk menjaga ruang kebebasan berekspresi di Indonesia. “Polri terus memastikan ruang kebebasan berekspresi tetap terjaga. Terima kasih atas kepercayaan dan dukungan seluruh masyarakat,” lanjut cuitan tersebut.
Meski demikian, klarifikasi ini tidak meredakan kemarahan publik. Banyak warganet yang masih meragukan keseriusan pihak kepolisian dalam menangani kasus ini.
Beberapa pengguna media sosial menilai langkah Propam Polri hanya sekadar pencitraan tanpa ada tindakan nyata.
Akun @TheDareBand misalnya, dengan lantang menyuarakan kekesalannya
“Enak bener cuci tangannya pak bu, sementara itu salah satu dari mereka ada yang hilang mata pencahariannya, diintimidasi, ditelanjangi identitasnya. Coba pelaku pembredelannya serahkan ke tengah masyarakat sini, biar kami yang kasih ‘evaluasi’ berjamaah 🙏🏻”, catatnya berkomentar.
Komentar-komentar serupa membanjiri kolom balasan pada cuitan Divpropam. Warganet menuntut transparansi dan keadilan yang lebih tegas.
Mereka juga meminta agar pihak kepolisian tidak sekadar memberi janji manis tanpa ada tindakan konkret.
Lagu “Bayar-bayar” yang dinyanyikan oleh Band Sukatani dianggap sebagai kritik tajam terhadap oknum polisi yang memanfaatkan jabatan mereka untuk kepentingan pribadi.
Lirik lagu yang lugas dan menyentil membuatnya cepat populer, terutama di kalangan kaum muda yang kritis terhadap isu-isu sosial.
Setelah video permintaan maaf tersebar, banyak warganet yang menduga bahwa dua musisi Sukatani dipaksa untuk meminta maaf dan menghentikan kegiatan bermusiknya.
Spekulasi ini semakin menguat ketika salah satu personel band tersebut mengungkapkan bahwa mereka sempat kehilangan pekerjaan dan merasa terancam.