Tuhan, Maaf Puasaku Masih Egois

Selasa, 4 Maret 2025 - 20:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id– Dunia ini bergerak begitu cepat. Baru saja niat sahur diucapkan, tahu-tahu adzan maghrib sudah berkumandang. Baru mulai puasa hari pertama, tiba-tiba sudah empat hari berlalu, hampir genap seminggu.

Di tengah kecepatan itu, kita sering lupa bertanya: apakah puasa ini membuat kita lebih baik, atau sekadar menahan lapar sambil tetap egois?

Ada doa di hari keempat Ramadhan yang menarik untuk direnungkan.

اللَّهُمَّ قَوْنِي فِيْهِ عَلَى إِقَامَةِ أَمْرِكَ، وَاذِقْنِي فِيهِ حَلَاوَةَ ذِكْرِكَ، وَأَوْزِعْنِي فِيهِ لَإِدَاءِ شُكْرِكَ بِكَرَمِكَ. وَاحْفَظْنِي فِيْهِ بِحِفْظِكَ وَسَتْرِكَ، يَا أَبْصَرَ النَّاظِرِينَ

Ya Allah, berilah daku kekuatan untuk melaksanakan perintah-Mu di dalamnya. Berikan kepadaku di dalamnya kelezatan berzikir kepada-Mu. Bantulah aku di dalamnya untuk bersyukur kepada-Mu dengan kemuliaan-Mu. Lindungilah daku di dalamnya dengan penjagaan-Mu dan perlindungan-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.

Ini bukan sekadar rangkaian kata indah, melainkan pengingat bahwa puasa bukan hanya soal menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga dari sifat buruk yang sering kita abaikan.

Soal menjalankan perintah Tuhan, misalnya. Banyak orang berpuasa dengan taat, tapi tetap mencari cara untuk menipu, culas, korupsi, tetap menekan bawahan, atau tetap merasa lebih suci daripada orang lain. Seolah-olah ibadah hanya urusan vertikal, sementara urusan sosial bisa ditawar.

Baca Juga :  Asyik! Masyarakat Jember Ngabuburit Sambil Joging di Kampus UNEJ

Merasa sudah beragama dengan baik hanya karena menjalankan ritual, padahal agama juga soal bagaimana kita memperlakukan orang lain. Benar yang disabdakan Nabi, puasa yang hanya sekadar menahan lapar, tanpa menahan diri dari menyakiti orang lain, mungkin hanya menjadi diet ekstrem, bukan ibadah.

Lalu soal zikir. Doa itu meminta agar kita bisa merasakan kelezatan dalam mengingat Tuhan. Tapi di zaman serba sibuk ini, zikir sering kali hanya jadi pengisi waktu luang. Dibaca di sela-sela perjalanan, di antara rapat, atau sekadar ritual wajib tanpa makna.

Kita sibuk berzikir, tapi tidak benar-benar mengingat-Nya. Hasilnya? Hati tetap gelisah, amarah tetap cepat menyala, dan pikiran tetap sibuk mengejar dunia.

Bagaimana dengan syukur? Ini juga perkara sulit. Kita cenderung baru bersyukur kalau mendapat sesuatu yang besar: gaji naik, mobil baru, liburan ke luar negeri. Padahal, bisa bangun tidur dengan tubuh sehat juga anugerah. Bisa makan tanpa takut kekurangan juga rezeki.

Baca Juga :  Seru! Menjelang Buka Puasa Ramadan, Jalanan Padat Akibat Masyarakat War Takjil

Tapi manusia memang sering lupa. Alih-alih bersyukur, kita lebih suka membandingkan hidup dengan orang lain, lalu merasa kurang. Padahal, semakin sering membandingkan, semakin sulit merasa cukup.

Dan terakhir, soal perlindungan. Kita sering meminta dijauhkan dari bencana, dari penyakit, dari kesulitan hidup. Tapi jarang meminta perlindungan dari diri sendiri: dari sifat iri, dari amarah yang tak terkendali, dari kesombongan yang diam-diam merayap dalam hati. Sebab, sering kali, musuh terbesar kita bukan orang lain, melainkan diri sendiri.

Jadi, kalau tahun ini kita ingin Ramadhan yang berbeda, mungkin doa ini bisa jadi titik tolak. Bukan sekadar diucapkan, tapi direnungkan. Bukan sekadar dihafalkan, tapi dijalani. Karena, pada akhirnya, puasa bukan hanya tentang menahan lapar, tapi juga tentang menahan diri dari menjadi manusia yang egois.

Dan, kalau sampai akhir bulan kita masih sama saja—masih sombong, masih pelit, masih hobi menghakimi orang lain, mengambil bagian yang bukan haknya—mungkin sudah waktunya berkata, “Tuhan, maaf, puasaku masih egois.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan
Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri
Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur

Baca Lainnya

Rabu, 9 April 2025 - 07:16 WIB

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Kamis, 27 Maret 2025 - 21:23 WIB

Dari Mustahik ke Miliarder Kecil, Riset Berikut Ungkap Rahasia Program Zakat di Malaysia yang Sukses Raih RM12.000 per Bulan

Selasa, 25 Maret 2025 - 15:26 WIB

Manifesto Zakat: Cinta, Kemanusiaan, dan Keadilan

Selasa, 18 Maret 2025 - 18:52 WIB

Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

TERBARU

Babi hutan liar saat sudah diburu warga (Sumber foto: istimewa)

Regionalia

Pasutri di Jember Diseruduk Babi Hutan Liar Saat Mandi

Jumat, 25 Apr 2025 - 17:19 WIB

Opinia

Fatayat NU, Geliat Perempuan dan Wajah Keadilan

Kamis, 24 Apr 2025 - 21:45 WIB