Tradisi ‘Amaen’ tellasan Pada Masyarakat Madura

Jumat, 12 April 2024 - 15:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Tellasan adalah sebutan untuk masyarakat madura menggambarkan atau menyebut hari hari raya atau lumrah juga disebut lebaran.

Pada moment tellasan ini, masyarakat madura mengisinya tidak hanya yang bersifat kegamaan saja namun juga kebiasaan yang memperkokoh tali persaudaraan.

Kurt Stenross dalam Disertasinya The Seafarers and Maritim entrepreneurs of Madura (2007) menyebutkan masyarakat Madura yang kokoh dengan perilaku yang guyub.

Sikap militan dan etos kerja yang tergambar dalam falsafah madura “asapo’ angin abhental omba’”adalah prinsip orang madura yang lekat dengan kultur saling tolong dan saling bantu.

Kebiasaan saling bantu membantu – masyarakat madura menyebutnya atatolong – adalah karakter yang melekat dengan masyarakat madura termasuk masyarakat Sana Daja Pasean Pamekasan, Madura. Kebiasaan ini terus dijaga dengan salah satunya melalui moment tellasan/hari raya.

Dari penelusuran crew Frensia.id pada momen tellasan/lebaran di masyarakat Madura seperti di Desa Sana Daja ada kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan yakni kebiasaan amaen tellasan, –ada sebagian daerah menyebutnya dengan ter-ater tellasan–.

Baca Juga :  Tembus 103 Persen dalam Sebulan, Serapan Gabah dan Beras Bulog Jember Tertinggi se-Jawa Timur

Namun pada masyarakat Desa Sana Daja istilah ‘amaen tellasan’ lebih dikenal luas. Amaen tellasan atau silaturrahmi hari raya adalah kebiasaan yang dilakukan masyarakat Sana Daja yang dilakukan dengan mengunjungi saudara, famili dengan membawa – masyarakat Sana Daja menyebutnya bin-sambin—isinya bervariatif sesuai kemampuan dan kebutuhan.

Dalam penuturan Ustad. Hamin, tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat di desa Sana Daja menyebutkan bahwa yang dilihat bukan apa yang dibawa atau yang jamuan yang dihidangkan tuan rumah kepada tamunya yang juga sesama saudara, famili.

Tetapi momen kebersamaan, maaf-maafan, itu yang penting. Agar tali persaudaraan tetap kokoh, yang retak karena ada masalah dapat diobati.

Bapak Abd. Rahim, tokoh masyarakat setempat juga mengatakan amaen tellasan ini biar tali kekerabatan saudara/family tidak hilang. Sebab saudara/famili atau tetangga yang akan menolong kita ketika ada musibah.Ia menyebutnya “Mon tak e jhege kalaben amaen tellasan bhisa mateh opur”.

Dalam pribahasa madura dikenal “sapah se ngobhurakinah mon benni tatanngeh atau taretan” (siapa yang akan menolong kita disaat kita ada musibah jika bukaan tetangga atau saudara kita sendiri).

Baca Juga :  Balad Grup Jalin Kerja Sama Perikanan Budidaya dengan Tiga Negara, Buka 500 Ribu Lapangan Kerja

Itulah kenapa masyarakat Sana Daja Madura hingga saat tradisi amaen tellasan ini terus ada. Amaen tellasan dari fungsi sosial-budaya sebagai momen menjaga kekerabatan sekaligus sebagai khazanah kebudayaan lokal peninggalan leluhur.

Sedangkan dari fungsi agama, amaen tellasan sebagai penerjemahan menjaga silaturrahmi, bersedekah dan memperkuat ukhuwah islamiyah.

Hubb De Jonge dalam bukunya Madura dalam Empat Zaman Pedagang, Perkembangan Ekonomi Dan Islam (1989) menyebutkan kebiasaan seperti itu dari aspek antropologis antara Islam dan orang Madura merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.Orang Madura dengan kesadaran penuh mereka patuh dan tunduk atas perintah agamanya.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub
Diduga Adanya Penyelewengan Dana Pokir, Aktivis Anti Korupsi Situbondo Desak KPK Turun
Banyuwangi Kembali Berprestasi! Sekretariat DPRDnya Sabet Penghargaan JDIH Award Jatim 2025
Tembus Ratusan! Peserta Bimbingan Nikah KUA Kaliwates Terbanyak Se-Kabupaten Jember
Potensi Wisata Jember Meningkat, Wisatawan Mancanegara Akan Datangi Beberapa Lokasi
Driver Ojol Demo dengan Delapan Tuntutan, Pemkab Jember akan Segera Penuhi Tuntutan Lokal
Sedot Air Muara Sungai Tanpa Ijin, DPRD Tinjau Dua Tambak di Pantai Payangan Jember
PW Ansor Jatim Mengajak Muspika Umbulsari Menanam Pisang Cavendish dalam Rangka Ketahanan Pangan

Baca Lainnya

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub

Rabu, 21 Mei 2025 - 19:07 WIB

Diduga Adanya Penyelewengan Dana Pokir, Aktivis Anti Korupsi Situbondo Desak KPK Turun

Rabu, 21 Mei 2025 - 11:31 WIB

Banyuwangi Kembali Berprestasi! Sekretariat DPRDnya Sabet Penghargaan JDIH Award Jatim 2025

Selasa, 20 Mei 2025 - 20:16 WIB

Tembus Ratusan! Peserta Bimbingan Nikah KUA Kaliwates Terbanyak Se-Kabupaten Jember

Selasa, 20 Mei 2025 - 17:48 WIB

Potensi Wisata Jember Meningkat, Wisatawan Mancanegara Akan Datangi Beberapa Lokasi

TERBARU

Historia

Menengok ulang Wajah Reformasi 1998

Rabu, 21 Mei 2025 - 12:19 WIB