Masak Indonesia Tidak Mampu Produksi Alustsista Sendiri? Ini 3 Produsen Asli Indonesia

Jumat, 26 Januari 2024 - 17:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Editor; Mashur Imam

Editor; Mashur Imam

Frensia.id- Pada debat Capres-Cawapres ketiga kemarin, ramai dibicarakan anggaran Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Banyak yang mempertanyakan anggaran besar Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, yang hari mencalonkan diri sebagai Capres. Persoalannya adalah tingginya anggaran dan pembelian alat atau senjata bekas negara lain. Tentu masyarakat bertanya-tanya, apa tidak bisa Indonesia memproduksi senjata sendiri?

Jawabannya, tentu apa yang tidak bisa di dunia. Ya pasti bisa lah! Apalagi negara kita memiliki produsen besar Alutsista yang telah berdiri sejak era kolonial. Beberapa produsen besar yang dimaksud di antaranya ini;

  1. PT Pindad

Pindah memiliki akar sejarah yang panjang. Berawal dari Gubernur Jenderal Belanda, Willem Herman Daendels, mendirikan bengkel Constructie Winkel (CW) di Surabaya. Hal ini terjadi pada 1808. Tujuan pendirianya adalah agar Balanda memiliki pemasok, pemelihara, dan tempat perbaikan persenjataan sendiri.

Bengkel Senjata ini kemudian berganti nama menjadi Artileri Constructie Winkel (ACW) pada tahun 1851. Pergantian nama ini juga mengisyaratkan perkembanganya dari yang hanya dapat memperbaiki senjata menjadi produsen.

Pada 1920, saat ACW telah berlokasi di Bandung, ia terus berkembang dan bahkan menjadi empat perusahaan persenjataan besar lain di bawah naungan Artillerie Inrichtingen (AI). Sayangnya, kesuksesnya melamah saat penguasaan Jepang di Indonesia. Kala itu ACW di rubah lagi namanya menjadi Daichi Ichi Kozo.

Setelah Japang menyerah, ACW kemudian jatuh ke tangan Laskar Pemuda Pejuang dan digantinya namanya menjadi Pabrik Senjata Kiaracondong. Naasnya, pada 1948 saat Belanda datang kembali ke Indonesia, jatuh ke tangan penjajah lagi dan berganti nama Leger Productie Bedrijven (LPB).

Baca Juga :  Ngantor di Desa, Bupati Jember Bawa Beberapa Layanan ke Silo

Pada akhirnya, melalui Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, kembali lagi ke tanggan Indonesia dan berganti kembali menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Setalah itu, terus berganti-ganti nama hingga akhirnya pada tahun tahun 1962 diubah lagi menjadi Perindustrian TNI Angkatan Darat (Pindad). Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya tanggal 29 April 1983, lembaga ini resmi menjadi perusahaan yang ada di bawah Departemen Pertahanan dan Keamanan.

  1. PT Dirgantara Indonesia

Dilansir dari laman PT Dirgantara Indonesia sendiri, perusahan ini didirikan pasca kemerdekaan Indonesia. Setelah Indonesia, ada gagasan dan desakan untuk membangun produksi pesawat terbang. Gagasan ini yang terus diupayakan oleh pemerintah.

Akhirnya, pada 26 April 1976, didirikanlah sebuah perusahaan bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio . Direktur utama PT ini langsung digawangi oleh tokoh intelektual mashur Indonesia, B.J. Habibie.

Baca Juga :  Istimewa! Peringati Bulan Bung Karno, DPC PDI Perjuangan Jember Gelar Fun Run

Perusahaan ini kemudian berganti nama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada tanggal 11 Oktober 1985. IPTN ini sangat sukses, pesawat yang diproduksinya sangat canggih dan mutakhir.

Pada perkembangannya, tempatnya di era KH. Abdurrahman Wahid, IPTN diganti namanya menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero). Persemiannya dilaksanakan di Bandung Pada tanggal 24 Agustus 2000. Kini, perusahaan ini yang menjadi perusahan besar pemasok alutsista di sektor penerbangan.

  1. PT PAL

Situs laman resmi PT PAL Indonesia dinyatakan berasal dari Marine Establishment (ME). Perusahaan ini berdiri atas inisiasi Pemerintah Belanda. Tepatnya, pada tahun 1939.

Pasca Indonesia mendapatkan kemerdekaanya, kemudian diambil alih dan namanya berubah menjadi Penataran Angkatan Laut (PAL). Adapun penetapannya sebagai perseroan terbatas baru terealisasi pada tangal 15 April 1980. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1980.

PT ini memproduksi kapal-kapal perang serta elemen lain yang melengkapinya. Produsinya dimulai sejak tahun 1985 dan terus berlangsung hingga saat ini. Jadi, tidak heran PT PAL Indonesia disebut-sebut sebagai perusahaan kapal terbesar dimiliki Indonesia.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember
Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal
Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah
Komisi C DPRD Jember Genjot Penyelesaian Jalur Gumitir Dipercepat
Komisi C DPRD Jember Pastikan Kesiapan Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Jalur Gumitir Ditutup, Anggota DPRD Jatim: Dampaknya Tidak Seperti Sekarang Jika Pembangunan JLS Selesai

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 06:14 WIB

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Selasa, 19 Agustus 2025 - 22:26 WIB

Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:20 WIB

Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal

Selasa, 19 Agustus 2025 - 13:52 WIB

Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 10:53 WIB

PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB