Di Babarsari, Peneliti Sebut Adaptasi Mahasiswa Papua Kurang Berhasil

Rabu, 19 Juni 2024 - 22:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Di Babarsari, Peneliti Sebut Adaptasi Mahasiswa Papua Kurang Berhasil (Sumber: radarjogja)

Gambar Di Babarsari, Peneliti Sebut Adaptasi Mahasiswa Papua Kurang Berhasil (Sumber: radarjogja)

Frensia.id- “Babarsari”, mendadak viral hari ini di media X, 19/06/2024. Keywordnya berjejer dengan informasi lain yang memang tengah viral. Salah satunya, daerah ini dianggap sebagai kota yang sering menjadi tempat konflik dan kerusuhan. Bahkan juga terlihat mahasiswa Papua di tempat kurang berhasil beradaptasi.

Tidak mengherankan, jika dijuluki gotham city yang sebenarnya berasal dari istilah fiktif yang menjadi latar utama peperangan Batman yang diterbitkan oleh DC Comics. Semuanya, karena sering terjadi kerusuhan di tempat ini.

Walaupun kota ini juga dijuluki “city of tolerance”, namun beberapa kerusuhan dan kesenjangan masih sering terjadi. Hal demikian yang diungkap oleh Maulida Masyitoh.

Ia fokus mengkaji adaptasi mahasiswa Papua di daerah Babarsari. Hasil temuannya telah diterbitkan dalam Repository Universitas Gadjah Mada pada tahun 2017 lalu.

Masyitoh memandang bahwa walau menyandang predikat kota toleransi, kenyataannya mahasiswa Papua yang datang ke Yogyakarta sering kali menjadi korban stereotip negatif. Akibatnya, mereka kerap menghadapi tindakan rasisme dan diskriminasi sehari-hari seperti kesulitan mendapatkan tempat tinggal dan bahkan memenuhi kebutuhan seharinya.

Baca Juga :  Menghadiri Multilateral Naval Exercise Komodo, AHY: Semoga TNI AL Berkelas Dunia

Mereka seolah dipandang bukan manusia. Baginya, jika dibiarkan terus menerus, gesekan ini bisa memicu konflik yang lebih besar. Sebagai pendatang, mereka dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat lokal.

Ia juga memandang bahwa perbedaan budaya Papua yang cenderung tegas bertemu dengan budaya Jawa melahirkan hal-hal yang penuh kerumitan. Kondisi demikian yang kemudian membuat mahasiswa Papua harus bekerja lebih keras untuk mencapai hidup harmonis di Babarsari.

Masyitoh memosisikan mahasiswa Papua sebagai pendatang di Yogyakarta dari sudut pandang mereka sendiri. Kemudian ia berupaya mencari faktor apa saja yang berdampak dan menghamat serius pada proses adaptasi mereka dengan lingkungannya.

Hasil temuannya tampak sangat penting. Ia menemukan bahwa sebenarnya motivasi mahasiswa Papua untuk kuliah di Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor penarik dan pendorong, baik sosial, ekonomi, maupun politik.

Baca Juga :  Truk Terseret Kereta Api Sejauh 50 Meter Di Jember, Satu Orang Meninggal Dunia

Adapun yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi adalah ekonomi. Persaingan kerja di Papua yang semakin ketat, mempengaruhi cara pandang mereka dalam hidup di Babarsari.

Selain itu, sebagian besar mahasiswa asli Papua adalah mahasiswa dengan masa studi yang lama. Mereka yang berhasil menyelesaikan studi tepat waktu adalah mereka yang memiliki pergaulan luas, bersikap terbuka, dan adaptif terhadap nilai budaya Yogyakarta.

Pada intinya, secara garis besar, adaptasi mahasiswa Papua masih terbatas pada lingkungan sesama Papua. Mereka membangun kenyamanan tinggal di Yogyakarta dengan mereproduksi identitas daerah asal mereka seperti memakai tas noken, mengunyah sirih pinang, membuat MOP, dan bakar batu, serta melestarikan bahasa Papua.

Semua faktor di atas, tambah dipersulit dengan budaya komunal, kebiasaan minum minuman keras, boros, dan bahasa mereka. Bahkan, jika diperdalam, kondisi politik di Papua ditengarai juga berpengaruh pada mereka.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Silaturrahmi ke Kediaman Sufmi Dasco, AHY: Kebetulan Bertemu Ibu Puan Maharani
Istimewa! Komunitas Bonek Jember Bagikan 550 Paket Takjil di Bulan Suci Ramadan
Balad Grup Jalin Kerja Sama Perikanan Budidaya dengan Tiga Negara, Buka 500 Ribu Lapangan Kerja
Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan
Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu
Maling Jeruk di Jember Berhasil Ditangkap, Mobil Pelaku Dibakar Hangus
Safari Ramadhan Bupati Jember, Ketua PC GP Ansor Kencong: Insyaallah Kami Siap Membersamai
Viral di Medsos Soal Pemain Persid yang Belum Digaji, Begini Tanggapan Sang Manager

Baca Lainnya

Kamis, 3 April 2025 - 16:17 WIB

Silaturrahmi ke Kediaman Sufmi Dasco, AHY: Kebetulan Bertemu Ibu Puan Maharani

Sabtu, 29 Maret 2025 - 00:56 WIB

Istimewa! Komunitas Bonek Jember Bagikan 550 Paket Takjil di Bulan Suci Ramadan

Jumat, 28 Maret 2025 - 12:22 WIB

Balad Grup Jalin Kerja Sama Perikanan Budidaya dengan Tiga Negara, Buka 500 Ribu Lapangan Kerja

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:22 WIB

Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan

Kamis, 27 Maret 2025 - 12:59 WIB

Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu

TERBARU

Kolomiah

Di Liga Champions UEFA, Menang Justru Lebih Melelahkan

Kamis, 10 Apr 2025 - 18:09 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB

Religia

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 Apr 2025 - 07:16 WIB