“the eco-pesantren model was created by integrating religious education and ecological conceptions of dialectical qauliyah and kauniyah verses through the involvement of community alliances”
_Subaidi,Dkk.
Frensia.id- Akademisi-akademisi banyak yang telah mengkaji eco-pesantren. Beberapa di antaranya menyebutkan bahwa konsep tersebut bisa dijadikan desain atau jalan pendidikan konservasi hutan.
Sebelumnya, Frensia.id telah mengumpulkan beberapa data yang melihat Eco-pesantren sebagai desain pendidikan agama yang memadukan moral dan teologi sebagai pendekatan kesadaran ekologi. Tampaknya bukan hanya itu. Beberapa akademisi juga menganggap konsep tersebut sebagai jalan alternatif mengembangkan desain pendidikan konservasi hutan.
Gagasan tersebut unik karena berupaya mengembangkan kelembagaan pendidikan yang mengakar di Indonesia, yakni pesantren. Banyak akademisi yang menanggap pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia dan kini telah tampil sebagai agen pelestarian alam. Bahkan ada yang menyebutnya tampil sebagai jalan strategi melakukan konservasi hutan.
Hal demikian yang dianggap oleh Subaidi, Ahmad Tantowi, Nur Cholid, Mahfudz Junaedi, Waluyo dan Mukh Nursikin sebagai sesuatu yang penting dan urgen. Pasalnya, Indonesia dikenal sebagai negara dengan lahan hutan tropis terbaik di dunia.
Mereka juga menganggap pesantren sebagai yang telah berakar pada budaya pribumi, tentu memiliki potensi peran penting dalam menjaga kekayaan alam ini. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk mempelajari ilmu agama, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan komunitas yang mampu menggerakkan aksi nyata dalam pelestarian lingkungan.
Kajian mereka telah disusun dalam bentuk jurnal. Dari karya yang telah terbit dalam Fudan pada tahun 2023 ini memberi penjelasan bahwa eco-pesantren telah mengintegrasikan nilai-nilai ekologis dalam kurikulum dan kegiatan sehari-hari. Di pesantren, para santri dapat memahami dan menghargai pentingnya konservasi hutan.
Hal demikian juga mencerminkan adanya penguatan kesadaran tanggung jawab moral dan sosial pesantren dalam menjaga alam ciptaan Tuhan. Melalui berbagai program seperti penanaman pohon, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan pendidikan lingkungan, pesantren dapat berkontribusi secara signifikan dalam usaha pelestarian hutan tropis Indonesia.
Mereka mendapatkan fakta tersebut pada pesantren Al-Ittifaq. Pelaksanaan Eco-Pesantren di lembaga tersebut dianggapnya, telah dirancang dengan mengintegrasikan pendidikan agama dan konsep ekologi melalui pemahaman ayat-ayat dialektika qauliyah dan kauniyah, bahkan melibatkan aliansi masyarakat.
Pada prosesnya, perilaku kepemimpinan kyai menjadi faktor kunci, dalam tiga aspek, yakni meditasi, mediasi, dan refleksi. Ketiganya lahir karena dua kekuatan otoritas kiai yang menampilkan sisi legal-formal dan transformasionalnya. Integrasi pendidikan agama dengan konsep ekologi dalam Eco-Pesantren mengajarkan para santri untuk melihat alam sebagai tanda-tanda kebesaran Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan.
Ayat qauliyah (firman Allah dalam Al-Qur’an) dan kauniyah (tanda-tanda kebesaran Allah dalam alam semesta) yang diajarkan di pesantren, terelaborasi dan membentuk kesadaran penting dalam upaya merawat hutan.