“Academic Freedom,” Karya Conrad Russell: Bacaan Penting Buat Dosen Kurang Merdeka

Thursday, 31 October 2024 - 19:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar

Gambar "Academic Freedom," Karya Conrad Russell: Bacaan Penting Buat Dosen Kurang Merdeka (Sumber: Grafis/Frensia)

Frensia.id- Academic Freedom, karya Conrad Russell, adalah sebuah buku yang penting bagi para dosen, terutama mereka yang merasa kebebasan akademiknya terancam atau kurang merdeka.

Ditulis berdasarkan pengalaman Russell selama mengajar di Universitas London, buku ini mengangkat isu fundamental tentang kebebasan intelektual di perguruan tinggi.

Dengan gaya yang kritis dan mendalam, Russell mengeksplorasi bagaimana campur tangan politik dapat mengurangi kualitas pendidikan tinggi, yang seharusnya berfokus pada pengembangan pengetahuan.

Dirilis enam tahun sebelum Guide to Liberalism, karya ini memberikan analisis tajam terhadap dampak kebijakan neo-konservatif yang diterapkan oleh pemerintah Margaret Thatcher dan John Major pada era 1980-an hingga awal 1990-an di Inggris. Russell menyaksikan bagaimana perubahan kebijakan yang dipaksakan ini berdampak negatif pada kebebasan akademik, terutama dalam hal otonomi perguruan tinggi.

Dalam Academic Freedom, ia menyoroti ancaman yang ditimbulkan oleh tekanan eksternal, seperti tabel liga (peringkat universitas) dan indikator kinerja yang terlalu menekankan efisiensi dan angka statistik dibandingkan kualitas dan substansi pendidikan.

Salah satu isu utama yang diangkat oleh Russell adalah bagaimana perguruan tinggi di Inggris mulai beralih menjadi institusi yang lebih berorientasi pada efisiensi administratif daripada akademik. Menurutnya, intervensi birokrat dan politisi dalam pengambilan keputusan akademik adalah bentuk pengkhianatan terhadap tujuan utama universitas.

Baca Juga :  Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah

Russell mengkritik keras para pegawai sipil dan politisi yang kerap menggunakan logika efisiensi untuk mendorong universitas mencapai target numerik, sementara substansi akademik dan kebebasan intelektual dikesampingkan. Ia mengingatkan bahwa tugas utama universitas adalah memajukan pengetahuan melalui otonomi akademik dan administratif, bukan sekadar mencapai indikator kinerja yang sempit.

Dalam buku ini, Russell juga mengkritik cara politisi kerap mencampuri urusan akademik dengan tujuan meningkatkan efisiensi birokrasi. Ia menekankan bahwa keputusan akademik seharusnya berada di tangan dosen dan administrator yang memahami konteks pendidikan, bukan di tangan para pejabat yang mengejar keuntungan atau kepentingan politik.

Bagi Russell, kebebasan akademik bukan hanya jargon, tetapi merupakan fondasi yang menjaga universitas agar tidak berubah menjadi “mesin keputusan otomatis” yang hanya berfokus pada angka.

Russell menyampaikan pesan yang kuat di akhir bukunya: ia menyerukan kepada para dosen dan kadang-kadang administrator untuk memiliki peran dominan dalam pengambilan keputusan akademik tanpa intervensi dari pihak politik yang tidak relevan.

Russell tidak menyarankan bahwa politisi tidak memiliki peran dalam pemerintahan secara keseluruhan, tetapi ia percaya bahwa logika perhitungan semata tidak seharusnya diterapkan pada institusi pendidikan tinggi. Menurutnya, kebebasan akademik adalah hak dasar yang harus dipertahankan untuk menjaga kualitas pendidikan tinggi dan menghindari degradasi substansial dalam dunia akademik.

Baca Juga :  Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah

Pandangan Russell menjadi semakin relevan di era saat ini. Tahun 2015, lebih dari tiga puluh program akademik ditutup di Inggris dengan alasan efisiensi. Fenomena ini seolah membuktikan prediksi Russell yang tertulis lebih dari dua dekade sebelumnya.

Hal tersebut, menurut Russell, adalah bukti nyata bagaimana institusi pendidikan dapat kehilangan fokusnya pada pengembangan pengetahuan dan malah terjebak dalam logika efisiensi yang kaku dan mengekang.

Di akhir hayatnya pada tahun 2015, Russell meninggalkan warisan pemikiran yang penting untuk dunia pendidikan tinggi, khususnya terkait kebebasan akademik. Pesan yang ia sampaikan melalui Academic Freedom masih relevan hingga kini: kebebasan akademik harus diperjuangkan sebagai aspek vital dalam mendukung pendidikan tinggi yang substansial dan bermakna.

Bagi para dosen yang merasa kebebasan akademiknya terkekang oleh berbagai tekanan birokrasi dan politik, buku ini menjadi panggilan untuk mempertahankan integritas profesi mereka demi masa depan pendidikan yang lebih baik.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Kejari Geledah Sekolah di Jember Usut Dugaan Korupsi BOS
Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama
​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa
Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan
Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember
Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte
Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah
Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!

Baca Lainnya

Friday, 12 December 2025 - 21:46 WIB

Kejari Geledah Sekolah di Jember Usut Dugaan Korupsi BOS

Sunday, 7 December 2025 - 22:23 WIB

Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama

Sunday, 7 December 2025 - 21:01 WIB

​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa

Sunday, 7 December 2025 - 20:06 WIB

Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan

Wednesday, 3 December 2025 - 22:43 WIB

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember

TERBARU