Ada Hubungan Erat Perdukunan Dengan Perpolitikan Masyarakat Bugis

Senin, 28 Oktober 2024 - 15:10 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Ada Hubungan Erat Perdukunan Dengan Perpolitikan Masyarakat Bugis (Sumber: Canva)

Gambar Ada Hubungan Erat Perdukunan Dengan Perpolitikan Masyarakat Bugis (Sumber: Canva)

Frensia.id- Ada hubungan perdukunan yang irrasional denga  politik yang terbilang cukup rasional. Hal ini dibuktikan dengan fenomena yang terjadi di masyarakat Bugis-Makasar.

Di tengah hiruk-pikuk politik Indonesia, sebuah fenomena menarik terungkap dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh Muh Basir Said dan timnya pada tahun 2024.

Penelitian mengungkapkan keterkaitan erat antara perdukunan dan dunia politik di kalangan masyarakat Bugis-Makassar. Di Indonesia, praktik perdukunan masih memiliki peran signifikan dalam kehidupan sosial-budaya, bahkan merambah ke dalam dunia politik, khususnya ketika momen penting seperti pemilihan kepala daerah berlangsung.

Dalam budaya Bugis-Makassar, pelaku perdukunan dikenal dengan sebutan “dukun” atau “sanro.” Para dukun ini diyakini memiliki kekuatan supranatural yang bisa digunakan baik untuk membantu orang lain maupun menimbulkan kesulitan.

Penelitian ini, yang bersifat interpretatif-deskriptif, menggambarkan bahwa dukun terbagi dalam beberapa jenis sesuai peran dan kemampuannya.

Ada dukun yang berfokus pada penyembuhan, dukun yang memberikan perlindungan, hingga yang menggunakan “ilmu hitam.” Meski dalam struktur sosial mereka tidak memiliki posisi yang jelas, peran mereka kini semakin terbuka dan berpengaruh, terutama di kalangan politisi.

Untuk memahami lebih dalam tentang peran perdukunan ini, tim peneliti melakukan observasi lapangan, wawancara mendalam, dan pencatatan langsung. Mereka bertemu dengan dukun dan para pelanggannya, serta menggunakan alat perekam untuk mendokumentasikan praktik perdukunan yang berkembang di masyarakat Bugis-Makassar.

Baca Juga :  Munas VII IKA PMII Lahirkan Pimpinan Baru Pasca Perdebatan Panjang

Dari hasil penelitian tersebut, terungkap bahwa dalam konteks sosial-politik, dukun memiliki “rasionalitas di balik irasionalitas” — sebuah cara berpikir dan logika yang sulit dijelaskan oleh nalar umum tetapi diterima dalam konteks budaya setempat.

Di kalangan masyarakat Bugis-Makassar, jasa dukun ternyata memiliki tempat khusus dalam politik lokal. Tidak sedikit calon kepala daerah yang secara terbuka atau sembunyi-sembunyi menggunakan jasa dukun untuk meningkatkan peluang mereka dalam memenangkan pemilihan.

Para politisi ini melihat dukungan spiritual sebagai alat untuk meningkatkan “kewibawaan” yang bisa memberikan kesan positif di mata masyarakat. Dengan bantuan dukun, calon pemimpin merasa dilindungi dari berbagai gangguan yang dapat menghambat perjalanan politik mereka, termasuk dari ancaman mistis dan “ilmu hitam” yang mungkin dilancarkan oleh lawan politik.

Lebih menarik lagi, beberapa dukun di Makassar dikabarkan mampu menciptakan “aura kewibawaan” dan daya tarik khusus pada politisi, yang diyakini bisa mempengaruhi persepsi publik. Aura ini, menurut keyakinan lokal, bukan hanya memberi kesan yang kuat di depan pemilih tetapi juga meningkatkan kemungkinan calon politisi tersebut meraih simpati massa.

Baca Juga :  Puncak Resepsi Peringatan Harlah ke-102, Prabowo Subianto: NU dan Pesantren Memiliki Jasa Besar Atas Kemerdekaan Indonesia

Tidak hanya itu, dukun tertentu bahkan dipercaya memiliki kemampuan menciptakan “ilusi” untuk memengaruhi pandangan publik terhadap calon pemimpin.

Penelitian ini mencatat bahwa motivasi para politisi menggunakan jasa dukun tidak semata karena alasan irasional, tetapi dilandasi oleh pemikiran praktis dan strategi politik. Para politisi percaya bahwa, dengan bantuan dukungan mistis ini, mereka bisa mendapatkan dukungan masyarakat lebih besar dan mengatasi tantangan kompetisi yang keras.

Fenomena ini menunjukkan bahwa rasionalitas dan irasionalitas dalam politik tidak selalu bertentangan, tetapi justru bisa saling melengkapi.

Dalam masyarakat Bugis-Makassar, hubungan antara politisi dan dukun bukan hanya sekedar transaksi satu arah, tetapi simbiosis yang menguntungkan kedua belah pihak. Politisi mendapatkan kekuatan tambahan, sementara dukun memperoleh kedudukan yang semakin diperhitungkan di kancah sosial.

Di tengah perkembangan zaman, mistisisme tetap menunjukkan eksistensinya, bahkan dalam ruang-ruang politik yang modern.

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa budaya mistis di Indonesia memiliki akar yang kuat dan dinamis, bahkan dalam ranah yang dipandang penuh rasionalitas seperti politik.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan
Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu
Komik Keren! Diteliti dan Urai Keburukan Militerisme di Indonesia
Jurnalis Tempo Diteror, Dikirimi Paket Kepala Babi
Post Globalization Militarism: Kajian Interdisipliner tentang Hegemoni Ekonomi, Polarisasi Sosial, dan Tatanan Militerisme Dunia 
Catat Waktunya! BKN Edarkan Surat Pengangkatan PPPK Tahun ini
Jelang Lebaran, DPC PDI Perjuangan Distribusikan Parsel Ramadan
Marak Pasien Kesulitan Berobat Gratis di Jember, Wabup Djoko Susanto: Bagaimanapun Keadaannya, Tugas Pemerintah Daerah Adalah Memperhatikan Kesejahteraan Masyarakat
Tag :

Baca Lainnya

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:22 WIB

Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan

Kamis, 27 Maret 2025 - 12:59 WIB

Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu

Minggu, 23 Maret 2025 - 17:50 WIB

Komik Keren! Diteliti dan Urai Keburukan Militerisme di Indonesia

Jumat, 21 Maret 2025 - 07:01 WIB

Jurnalis Tempo Diteror, Dikirimi Paket Kepala Babi

Kamis, 20 Maret 2025 - 22:06 WIB

Post Globalization Militarism: Kajian Interdisipliner tentang Hegemoni Ekonomi, Polarisasi Sosial, dan Tatanan Militerisme Dunia 

TERBARU

Ilustrasi idul fitri 1446 H

Opinia

Lebaran: Subjek Bebas yang Memaafkan

Rabu, 2 Apr 2025 - 13:20 WIB

Ilustrasi Silaturahim Saat Lebaran (Sumber: Generated AI)

Educatia

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Selasa, 1 Apr 2025 - 08:23 WIB