Akademisi UGM Sebut Lirik Lagu Silampukau, “Bola Raya” Persoalkan Ruang Perkotaan

Senin, 1 Juli 2024 - 11:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Akademisi UGM Sebut Lirik Lagu Silampukau, “Bola Raya” Persoalkan Ruang Perkotaan (Ilustrasi: Frensia Gambar Album SIlampukau)

Gambar Akademisi UGM Sebut Lirik Lagu Silampukau, “Bola Raya” Persoalkan Ruang Perkotaan (Ilustrasi: Frensia Gambar Album SIlampukau)

Their typical urban lyrics has become Silampukau’s identity”. 

_M Fatah Yusiawan

Frensia.id- Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM) tertarik mengkaji salah satu band Indie yang membahas persoalan ruang perkotaan. Salah satu lagu yang dikaji mereka adalah lirik lagu “Bola Raya”.

Dunia musik tanah air sangat unik. Yang dinyanyikan tidak hanya soal urusan hati, namun juga persoalan kritik kehidupan sosial masyarakat. Bahkan bukan hanya band rock, musik folk yang umumnya romantis juga sering dipakai dalam melakukan kritik sosial kemasyarakatan.

Salah satunya sepertinya dilakukan oleh Silampukau. Para musisinya, Kharis Junandharu (vokal/gitar) Eki Tresnowening (vokal/gitar) dan Rhesa (kontra bass) begitu getol menampilkan lagu-lagu yang unik dan kritis.

Salah satu yang baru-baru ini tenar adalah lagu berjudul “Bola Raya”. Bait-bait dalam lirik lagu ini tampak bercerita tentang nasib dan aduan pada pemain bola di perkotaan.

Lagu dibawakan dengan nada yang khas, dan tampak sederhana. Namun, syarat akan makna kritik dan sesuai dengan masalah saat ini.

Tidak mengherankan, jika akademisi UGM bernama M Fatah Yusiawan begitu tertarik untuk mengkaji lagu tersebut. Ia berupaya meneliti pesan-pesan kritik yang ada dalam bait-baitnya.

Baca Juga :  Sukatani, Band Punk yang Diduga Diintimidasi Polisi, Ternyata Telah Diteliti Akademisi UNY

Temuan penelitian disusun sebagai syarat menyelesaikan strata 1 jenjang pendidikannya. Bahkan karya telah terpublikasi dalam repository UGM sendiri, tahun 2018.

Baginya, dalam subkultur indie, ada semangat untuk melawan dominasi industri musik mainstream yang sudah distandarisasi. Walaupun juga tidak ditolak bahwa operasinya dalam infrastruktur ekonomi indie kadang juga memakai logika kapitalisme.

Namun, hingga saat ini, ideologi musik Indie seperti Silampukau, Banda Neira dan semacamnya, masih bisa ditemukan lirik-lirik yang memiliki makna perlawanan dan kebebasan. Jadi, sebenarnya tetap dapat dianggap bahwa musik indie memberikan kebebasan kepada musisi untuk menciptakan karya tanpa adanya pengekangan, menekankan pada keunikan dan orisinalitas.

Salah satunya lagu, yang menarik perhatiannya adalah lagu “Bola Raya” karya Silampukau tersebut. Lagu ini dianggapnya menonjolkan keunikan dalam lirik-lirik mereka yang penuh makna, menggambarkan kehidupan sebagai warga perkotaan.

Dalam memahami lirik lagu tersebut secara mendalam, ia menggunakan analisis wacana kritis. Analisisnya berupaya menghubungkan teks yang bersifat mikro dengan konteks masyarakat yang lebih besar atau makro secara kritis.

Baca Juga :  Perayaan Sewindu KSBN, Stafsus Kementerian Komdigi Tampil Cantik dengan Kebaya Janggan

Setelah melakukan analisis yang mendalam, tampak makna yang dibangun dalam lagu tersebut, mengkritisi pembangunan tata ruang kota yang diskriminatif. Silampukau melalui lagu tersebut mengupayakan mengkritik tata kelola yang tidak memberikan ruang pada orang miskin, walau hanya untuk sekedar main bola.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan sendiri setiap baitnya di bawah ini:

Bola Raya

Kami main bola di jalan raya
Beralaskan aspal, bergawang sandal
Tak peduli ada yang mencela
Terus berlari mencetak angka

Kami rindu lapangan yang hijau
Harus sewa dengan harga tak terjangkau
Tanah lapang kami berganti gedung
Mereka ambil untung, kami yang buntung

Kami hanya main bola
Tak pernah ganggu gedungmu
Kami hanya main bola
Persetan dengan gedungmu

Memang kami tak paham soal akta
Sertifikat tanah dan omong kosong lainnya
Kami hanya ingin main bola
Zonder digugat, zonder didakwa

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadan, Musik Religi, dan Keabadian Musisi Favorit Generasi Milenial
Sukatani, Band Punk yang Diduga Diintimidasi Polisi, Ternyata Telah Diteliti Akademisi UNY
Dara Sarasvati Kembali Memukau dengan Menampilkan Busana Ratu Kidul
Sukatani Jadi Yang Ke-6, Masuk Musisi Tanah Air Yang Pernah Dicekal Pemerintah
Tentang Polemik Lagu Sukatani, Fadli Zon Anggap Tak Masalah Asal…
Faktor Fans Musik Hardcore Cenderung Vandalis? Pernah Diteliti Akademis ISI Yogyakarta
Diumumkan! 4 Personel Polisi Buntut Kasus Intimidasi Sukatani, Masih Direspon Buruk Warganet
Perayaan Sewindu KSBN, Stafsus Kementerian Komdigi Tampil Cantik dengan Kebaya Janggan

Baca Lainnya

Sabtu, 8 Maret 2025 - 03:50 WIB

Ramadan, Musik Religi, dan Keabadian Musisi Favorit Generasi Milenial

Minggu, 23 Februari 2025 - 18:22 WIB

Sukatani, Band Punk yang Diduga Diintimidasi Polisi, Ternyata Telah Diteliti Akademisi UNY

Minggu, 23 Februari 2025 - 11:54 WIB

Dara Sarasvati Kembali Memukau dengan Menampilkan Busana Ratu Kidul

Minggu, 23 Februari 2025 - 06:11 WIB

Sukatani Jadi Yang Ke-6, Masuk Musisi Tanah Air Yang Pernah Dicekal Pemerintah

Minggu, 23 Februari 2025 - 05:11 WIB

Tentang Polemik Lagu Sukatani, Fadli Zon Anggap Tak Masalah Asal…

TERBARU

Kolomiah

Takbir Melawan Korupsi

Senin, 31 Mar 2025 - 10:50 WIB

Gambar Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi (Sumber: Grafis Frensia)

Kolomiah

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Minggu, 30 Mar 2025 - 19:33 WIB